Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki bulan September 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bermula dari posisi 7.670,73. Level ini didapat usai IHSG melonjak 4,96% dalam sebulan terakhir dan menembus level tertinggi baru (all time high) 7.715,75 pada bulan Agustus.
Head of Institutional Research Sinarmas Sekuritas, Isfhan Helmy, mengamati sejumlah faktor pendorong laju IHSG bulan lalu. Mulai dari musim rilis laporan keuangan kuartal II-2024, aksi beli investor asing terutama pada saham perbankan, hingga kejelasan postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2025.
Namun setelah gerak menanjak di Agustus, investor perlu waspada karena September bukan menjadi bulan yang ceria bagi IHSG. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mencatat secara historis, performa IHSG cenderung melambat di bulan September.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Menguat di Awal Pekan Ini, Cek Saham Pilihan Analis
Sejak tahun 2015, IHSG hanya dua kali mampu mencetak kinerja positif pada bulan ini. "September menjadi periode kalkulasi portofolio seiring penantian rilis kinerja kuartal ketiga, sehingga mulai terjadi perlambatan dinamika di pasar," kata Audi kepada Kontan.co.id, Minggu (1/9).
Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyoroti hal yang sama, dimana dalam 10 tahun terakhir bulan September, IHSG hanya mampu menguat pada 2017 dan 2021. Pada September kali ini, sentimen utama yang akan menentukan arah IHSG, bahkan bursa saham dunia adalah kebijakan suku bunga The Fed.
Ekspektasi pasar, bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut akan memulai memangkas suku bunga acuan dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 17 - 18 September. Jika sesuai ekspektasi, Hendra menaksir IHSG berpeluang kembali menguat.
Baca Juga: IHSG Berpeluang Melemah Terbatas Senin (18/8), Cek Saham Rekomendasi Analis
Terbuka peluang IHSG kembali menembus all time high dan level psikologis baru di 7.800, bahkan hingga 8.000.
"Jika The Fed menurunkan suku bunga, ini bisa menjadi sentimen positif. Dari dalam negeri, jika stabilitas politik terjaga dan data ekonomi menunjukkan hasil yang baik, bisa menjadi pendorong tambahan bagi IHSG untuk terus melaju," terang Hendra.
Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni, mengamini keputusan The Fed akan menjadi sentimen penting, bersamaan dengan situasi politik dalam negeri menjelang Pemilikan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Namun, jika pemangkasan suku bunga hanya 25 basis points (bps), dia menaksir dampaknya akan cenderung flat atau tidak signifikan.
Sebab, hal ini sudah cenderung priced in atau terantisipasi oleh pelaku pasar. "Namun jika pemangkasan lebih besar dari harapan pasar, maka akan sangat positif. Di domestik, periode kampanye menjelang Pilkada serentak juga berpotensi menambah daya beli masyarakat," ungkap Agung.