Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,00% mengejutkan pasar.
Keputusan tersebut direspons negatif dengan amblesnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 1,18% ke level 6.846,42 pada perdagangan Kamis (19/10).
Kenaikan suku bunga acuan BI ini memang di luar konsensus dan perkiraan para analis pasar. Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya melihat langkah yang ditempuh BI kali ini mengejutkan pasar.
Baca Juga: IHSG Merosot, Asing Banyak Menadah Saham-Saham Ini, Kamis (19/10)
Ia menuturkan dari hasil survei, mayoritas pelaku pasar memperkirakan BI masih mempertahankan suku bunga acuan pada RDG yang digelar 18 - 19 Oktober 2023.
Menurut, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina, kenaikan suku bunga BI akan menambah tekanan terhadap IHSG yang sedang dibayang-bayangi sentimen eksternal.
"Dari global market juga mayoritas turun, karena penaikan US Treasury Yield," ucap Martha kepada Kontan.co.id, Kamis (19/10).
Sedangkan, Equity Analyst Jasa Utama Capital Sekuritas Evan Yusuf Hidayat mengatakan, kenaikan suku bunga BI cukup beralasan. Selain untuk menjaga tingkat inflasi, langkah ini juga mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
Evan memandang penguatan nilai tukar dolar AS belakangan ini cukup dominan menekan IHSG. Sejak Agustus, arus dana dari investor asing pun cenderung mencatatkan net sell atau jual bersih.
Baca Juga: Asing Net Sell Jumbo di Tengah Anjloknya IHSG, Ini Saham yang Banyak Dilepas
"Perlu menjaga agar uang tidak keluar dari Indonesia di tengah tekanan dari dolar AS," sebut Evan.
Senada, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian menilai tujuan utama kenaikan suku bunga acuan BI adalah meredam capital outflow yang terjadi sekitar dua bulan terakhir. Langkah ini diharapkan bisa merangsang pembalikan capital flow, atau setidaknya meredam capital outflow.
Rio memperkirakan nilai tukar rupiah bisa lebih stabil. Hanya saja, sentimen eksternal seperti potensi kenaikan The Fed Rate dan imbas dari ketegangan geopolitik global masih membayangi. Dus, Rio menaksir kurs rupiah masih berpotensi flukruasi dalam rentang 15.600 - 15.900.
Seiring maraknya sentimen yang tak terduga di pasar, Cheril juga merevisi target IHSG dari semula 7.400 menjadi 7.300. Dalam jangka pendek, IHSG berpotensi bergerak pada area support 6.800 dan resistance di 6.990.
Cheril melirik saham bank berfundamental kuat serta saham energi terutama di segmen minyak bumi. Rekomendasi sahamnya adalah BBCA, BBNI, MEDC dan ELSA.
Baca Juga: Ini 10 Saham Net Buy Terbesar Asing di Tengah Pelemahan IHSG Rabu (18/10)
Sedangkan sampai tutup tahun 2023, Martha menyodorkan 10 saham pilihan (top pick). Meliputi BMRI, BBRI, ACES, CPIN, EXCL, AKRA, HRUM, UNTR, INTP, dan PRDA.
Sementara, Evan memandang ketika IHSG dan sektor keuangan sedang turun, justru menjadi kesempatan bagi investor untuk mengoleksi sahamnya. Khususnya pada saham bank buku IV seperti BBCA BBRI BBNI BMRI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News