Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bergerak datar atau sideways pada Selasa (7/2). Pada akhir perdagangan Senin (6/2), IHSG melemah 0,55% atau 37,94 poin ke level 6.873,79.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menilai pergerakan IHSG pada Selasa berpotensi bergerak flat. Selain masih menantikan rilis keuangan emiten, data ekonomi seperti cadangan devisa terbaru yang akan dirilis pada Selasa juga menjadi perhatian para pelaku pasar.
Selain itu, perkembangan pasar saham global terutama Amerika Serikat (AS) akan mempengaruhi sentimen untuk IHSG. Adapun pergerakan IHSG dan bursa Asia yang terkoreksi pada hari Senin dipengaruhi koreksi pada bursa AS akhir pekan lalu.
Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah 0,55% ke Level 6.873 pada Perdagangan Senin (6/2)
"Lantaran data tenaga kerja yang solid kembali meningkatkan kekhawatiran kenaikan suku bunga dapat agresif sehingga memicu potensi resesi," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (6/2). Adapun Jono memperkirakan IHSG Selasa (7/2) akan berada di area resisten di 6.924, dan support 6.835.
Sedangkan, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan pada perdagangan Selasa (7/2) IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support berada pada level 6.827 dan resistance di 6.951.
"Sentimen kami perkirakan dipengaruhi oleh adanya kemungkinan The Fed akan kembali agresif dalam kenaikan FFR dan membuat market cenderung pesimis," ujarnya.
Sementara, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang menilai secara teknikal IHSG memvalidasi signal minor bearish reversal dari pola spinning top melalui pelemahan Senin (6/2).
Oleh sebab itu, waspadai potensi koreksi lanjutan dengan critical support level terdekat di kisaran 6800-6830 yang bertepatan dengan MA20 dan MA50 pada perdagangan Selasa (7/2).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham saat IHSG Dibayangi Data Ekonomi
Oleh sebab itu, Alrich memprediksi support IHSG di 6.830 dan resistance pada level 6.920.
Menurut Alrich pelemahan terjadi ketika realisasi pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2022 sebesar 5,31% yoy lebih besar dari perkiraan yang sebesar 5,29% yoy. Pertumbuhan net export menjadi salah satu mover utama pertumbuhan ekonomi di tahun 2022.
Dengan kecenderungan moderasi harga komoditas sejak Desember 2022, pasar mengkhawatirkan penurunan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023.
"Hal ini diperkuat dengan kondisi sektor energi (-0.86%) yang menjadi salah satu sektor yang melemah paling signifikan di Senin (6/2)," jelasnya.
Di sisi lain, kondisi tersebut memperkuat keyakinan bahwa kondisi suku bunga sudah hampir berada di puncak mengingat moderasi harga komoditas berpotensi memicu akselerasi penurunan inflasi.
Menurut Alrich, beberapa saham yang dapat diperhatikan adalah BBNI, BBTN, EXCL, PGAS dan UNVR.
Sementara Herditya dapat melirik dan memperhatikan saham BBCA, EXCL dan BUMI. Sedangkan Jono merekomendasikan saham-saham yang dapat diperhatikan, antara lain EXCL dan MNCN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News