Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang konsolidasi melemah pada perdagangan pekan ini. Sekedar mengingatkan, IHSG ditutup anjlok 1,87% ke level 7.168,87 pada Jumat (16/8). Di pekan itu, IHSG pun ambles 1,02%.
Praktisi Pasar Modal dan Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, IHSG berpeluang konsolidasi melemah pekan ini dengan support di level 7.147 sampai level 7.021 dan resistance di level 7.250 sampai level 7.377.
Menurut dia, ada sejumlah sentimen yang akan menggerakkan IHSG pada pekan keempat September 2022. Dari eksternal, pelaku pasar bereaksi negatif terhadap peringatan FedEx terkait kinerja pendapatan emiten yang buruk akibat penurunan ekonomi global. Saham FedEx turun 21,4% dan merupakan penurunan harian terburuk saham tersebut.
Kemudian, ekonomi global yang akan datang juga membayangi pergerakan IHSG pekan ini.
Kepala ekonom Bank Dunia, Indermit Gill mengatakan, dia khawatir tentang stagflasi global, periode pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi dalam perekonomian global.
Bank Dunia menambahkan, dunia dapat bergerak menuju resesi global pada 2023 karena bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi yang persisten. Bank Dunia telah memangkas kembali proyeksi untuk tiga perempat dari semua negara.
Baca Juga: IHSG Rawan Koreksi pada Pekan Depan, Pelaku Pasar Bisa Lakukan Strategi Ini
IMF juga mengungkapkan, prospek ekonomi global tetap suram dan beberapa negara diperkirakan akan tergelincir ke dalam resesi pada 2023, tetapi masih terlalu dini untuk mengatakan akan ada resesi global yang meluas. IMF pada Juli merevisi turun pertumbuhan global menjadi 3,2% pada 2022 dan 2,9% pada 2023.
"Inflasi AS bulan Agustus naik 0,1% secara bulanan (MoM) atau di atas perkiraan turun 0,1%," ujar Hans dalam riset, Minggu (18/9).
Indeks harga konsumen (CPI) AS tembus 8,3%, lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 8,1%. Namun, inflasi AS di Agustus ini merupakan yang terendah sejak April 2022 di mana pada Juli terjadi inflasi 8,5%, Juni 9,1%, dan Mei 8,6%.
Kemudian, potensi kenaikan suku bunga AS juga akan mempengaruhi gerak IHSG. Hans menuturkan, sebagian investor dan analis memperkirakan Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebesar 75-100 basis poin lagi minggu depan.
Setelah sebelumnya pelaku pasar memperkirakan kenaikan 75 bps pada rapat The Fed di tengah pekan ini, kini justru muncul perkiraan bahwa The Fed berpotensi menaikkan suku bunganya sebesar 100 bps berdasarkan data di CME FedWatch tool.
Baca Juga: Menebak Arah Pergerakan IHSG Jelang FOMC dan RDG BI September 2022
Pasar melihat, peluang kenaikan suku bunga The Fed hingga 75 bps mencapai 75% dan kemungkinan naik 100 bps mencapai 25%. Hal ini akan membuat dolar tetap kuat dan memberi tekanan pada aset berisiko seperti komoditas dan ekuitas.
"Data penjualan ritel yang meningkat dan klaim pengangguran yang menurun memberikan ruang lebih lebar bagi the Fed untuk menaikkan suku bunganya," tambahnya.
Dari dalam negeri, neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada bulan Agustus 2022. Badan Pusat Statisik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang pada bulan laporan sebesar US$ 5,76 miliar. Surplus neraca perdagangan Indonesia bulan Agustus 2022 ini melebihi ekspektasi di US$ 4 miliar dan data sebelumnya sebelumnya US$ 4.22 miliar.
Dengan surplus neraca perdagangan pada bulan Agustus 2022 ini, mengantarkan Indonesia untuk mencetak surplus selama 28 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Secara kualitatif neraca perdagangan pada Januari-Agustus 2022 mengalami surplus US$ 34,92 miliar atau tumbuh 68,6% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
Lebih lanjut, Hans bilang inflasi dalam negeri yang akan mulai terus meningkat sesudah kenaikan BBM subsidi serta potensi terjadi penurunan daya beli masyarakat akan menjadi sentimen pemberat IHSG.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News