Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal dibayangi sejumlah agenda bank sentral pada pekan depan. Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve berencana menggelar Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting pada Selasa-Rabu, 20-21 September 2022 mendatang.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menganalisa, sebagian besar pelaku pasar meramal kenaikan suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 75 basis poin (bps) pada pekan depan.
Melihat realisasi inflasi AS secara tahunan pada Agustus 2022 yang lebih tinggi dari perkiraan dan inflasi inti yang masih merangkak naik, Cheril mengatakan tak menutup kemungkinan FFR bisa terkerak hingga 100 bps pada September 2022.
Baca Juga: Menebak Arah Pergerakan IHSG Jelang FOMC dan RDG BI September 2022
Selain bank sentral AS, Bank Indonesia (BI) juga bakal melaksanakan Rapat Dewan Gubernur BI (RDG BI) pada Rabu-Kamis, 21-22 September 2022.
"BI juga akan turut menaikan suku bunga tapi tidak seagresif The Fed, hanya 25 bps. Ini diperlukan agar disparitas suku bunga Indonesia tidak makin jauh," jelas Cheril kepada Kontan.co.id, Minggu (18/9).
Sebelumnya, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point menjadi 3,75% pada Agustus 2022 lalu.
Cheril menjelaskan, apabila kenaikan suku bunga AS sebanyak 75 bps seperti yang sudah lama diperkirakan pasar, maka kemungkinan pasar akan rebound. Akan tetapi, jika dinaikkan hingga 100 bps, maka pergerakan IHSG bakal lanjut koreksi.
"Nampaknya perhatian pelaku pasar lebih tertuju pada kenaikan FFR The Fed yang agresif daripada ke kenaikan BI rate," imbuh Cheril.
Selain terkait kebijakan suku bunga, pergerakan IHSG pada pekan depan juga akan dibayangi oleh proyeksi ekonomi berikutnya baik dari AS maupun BI. Cheril memprediksi IHSG akan bergerak dalam rentang 7.000-7.300 pada pekan depan.
Menurutnya, investor perlu wait and see menantikan data ekonomi baik dari AS dan BI. Jika terjadi koreksi, ia menyarankan pelaku pasar bisa cicil beli saham-saham yang diuntungkan dari kenaikan suku bunga seperti perbankan big cap, sektor komoditas, dan konsumer primer.
Dari sektor perbankan, Cheril menjagokan saham BBRI dan BMRI, ia memberikan rekomendasi beli BBRI dengan target harga di Rp 4.950 dan beli BMRI dengan target harga di Rp 9.500.
Kemudian dari sektor komoditas, Cheril menyukai saham ADRO dan INDY, ia merekomendasikan buy ADRO dengan target harga di Rp 4.200 serta beli INDY dengan target harga Rp 3.250 per saham. Sementara dari sektor konsumer primer ada INDF dengan target harga di Rp 9.200.
Analis Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora menyarankan pelaku pasar lebih baik wait and see dan memperbanyak posisi cash, karena IHSG berpotensi untuk mengalami penurunan.
"Saham sektor konsumer dan telekomunikasi bisa dicermati para pelaku di saat inflasi dan suku bunga tinggi karena lebih defensif," kata Andhika.
Andhika merekomendasikan beli saham UNVR dengan support 4.450 dan target penguatan di Rp 4.900. Selanjutnya pelaku pasar bisa melakukan strategi buy on weakness saham EXCL dengan support 2.210 dan target penguatan di Rp 3.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News