kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.975.000   59.000   3,08%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.414   14,22   0,22%
  • KOMPAS100 921   3,42   0,37%
  • LQ45 719   2,14   0,30%
  • ISSI 204   1,16   0,57%
  • IDX30 374   0,21   0,06%
  • IDXHIDIV20 453   -0,92   -0,20%
  • IDX80 105   0,51   0,49%
  • IDXV30 111   0,22   0,20%
  • IDXQ30 123   -0,14   -0,11%

IHSG cukup defensif dari sentimen konflik AS-Iran, simak rekomendasi analis berikut


Kamis, 09 Januari 2020 / 19:11 WIB
IHSG cukup defensif dari sentimen konflik AS-Iran, simak rekomendasi analis berikut
ILUSTRASI. Layar pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/12/2019).


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

Teguh juga menilai sektor konstruksi cukup defensif lantaran semua proyek masih terus berjalan dan tidak ada hambatan pasti. Apalagi di tahun ini, perhatian masyarakat tidak teralihkan lagi dengan Pemilu, ini menjadi salah satu katalis positif. 

Teguh tak ambil pusing soal arus kas negatif, pasalnya kondisi itu hanya sementara, apalagi bila laporan keuangan di kuartal empat ini cukup bagus.

“Dan sawit juga kemarin sudah diimplementasikan B30, dan ada lagi B40, jadi penggunaan CPO akan membesar, ada kemungkinan tahun 2020 adalah tahun kebangkitan sawit yang lima tahun ini jelan. Tahun 2020 laba mungkin mulai naik,” jelas Teguh.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana juga berpendapat, konflik AS-Iran tidak akan terlalu berdampak pada bursa dalam negeri. Sejauh ini saham dalam negeri masih cukup defensif, terutama di sektor keuangan.

“Sektor keuangan masih bertahan karena ekspektasi penurunan suku bunga terkait rendahnya inflasi,” jelas Wawan.

Baca Juga: IHSG menguat di tengah menurunnya ketegangan Iran-AS, simak proyeksinya untuk besok

Selain itu, sektor barang konsumer dan konstruksi juga terbilang masih cukup defensif. Meski, sektor barang konsumsi terus mengalami penurunan dan secara tren sektor konstruksi pada umumnya mengalami kenaikan di bulan Januari.

“Mengacu pada pergerakan IHSG sepanjang tahun ini, sebetulnya Indonesia cukup tahan karena memang secara fundamental tidak ada katalis negatif kuat dari dalam negeri, sehingga lebih banyak terpengaruh dari sentimen luar,” jelas Wawan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×