Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Turun pada perdagangan terakhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada hari ini. Pada Jumat (4/12), IHSG turun 0,21% ke 5.810,48.
Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi memperkirakan, IHSG akan bergerak konsolidasi dengan kecenderungan melemah, menguji kembali resistance MA5. Akan tetapi pertimbangan lain, indikator stochastic overbought dan momentum indikator RSI yang bergerak cukup tinggi. "Sehingga diperkirakan IHSG berpotensi bergerak menguat terbatas dengan support-resistance 5.757 hingga 5.870," ungkap Lanjar dalam riset, Minggu (6/12).
Adapun Lanjar menambahkan, saham-saham yang dapat dicermati secara teknikal antara lain ERAA, ICBP, INDF, KLBF, TOWR, dan UNVR.
Baca Juga: Harga saham melonjak 112% sebulan dan masuk UMA, begini kata Adhi Karya (ADHI)
Sekadar informasi, untuk indeks global, mayoritas bursa Asai bergerak bervariasi cenderung positif pekan lalu. Misalnya, TOPIX (+0.04%), HangSeng (+0.40%) dan CSI300 (+0.18%). Akan tetapi untuk indeks Nikkei terlihat tertekan (-0,22%). Lanjar mengamati, pergerakan yang variatif ini dipengaruhi oleh kabar perkembangan vaksin Pfizer yang menyatakan hanya akan mampu melakukan pengiriman setengah dari target distribusi vaksinasi di tahun ini.
Sementara untuk bursa Eropa, mayoritas mengalami penguatan seperti Eurostoxx (+0,63%), FTSE (+0,92%) dan DAX (+0,35%). Peningkatan yang signifikan seiring dengan minyak mentah West Texas Intermediate yang naik 0,9% menjadi US$ 46,05 per barel, tertinggi dalam lebih dari sembilan bulan. Adapun kenaikan ini tidak lepas dari OPEC+ yang mencapai kesepakatan untuk mengurangi pengurangan produksi tahun depan secara lebih bertahap dari yang direncanakan sebelumnya.
Baca Juga: Harga minyak turun dari level tertinggi dalam sembilan bulan
Untuk bursa Amerika Serikat (AS) mayoritas juga ditutup naik misalnya indeks Dow Jones (+0,83%), S&P500 (+0,88%) dan NYSE (+1,41%). " Indeks Dow Jones yang naik ke level tertinggi sepanjang masa setelah data lapangan pekerja AS melambat, sehingga memberikan indikasi lebih banyak stimulus fiskal dari The Fed selanjutnya," imbuh Lanjar.
Sementara itu, data nonfarm payrolls meningkat kurang dari perkiraan 245.000 dari bulan sebelumnya, karena tingkat pengangguran turun 0,2% menjadi 6,7%. Selanjutnya, data cadangan devisa dalam negeri akan rilis, juga neraca perdagangan dan aktivitas ekspor impor di Tiongkok.
Baca Juga: Kurs rupiah berpotensi menguat lagi pada Senin (7/12)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News