Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan akhir pekan ini, setelah melemah dua hari berturut-turut. IHSG ditutup menguat 24,27 poin atau 0,34% ke level 7.088,86 pada perdagangan Jumat (10/1).
Namun, dalam sepekan pergerakan IHSG terkoreksi sebesar 1,05%.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan ada beberapa sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG dalam sepekan.
Pertama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang cenderung tertekan diperkirakan sebagai respons dari pelaku pasar yang memilih bersikap wait and see di tengah ekspektasi risalah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserves (The Fed) yang mengindikasikan perlambatan dalam pemangkasan suku bunga.
Kedua, rilis data JOLTS Job Openings menunjukkan adanya peningkatan jumlah pekerjaan. Namun, pelaku pasar juga masih menantikan data Non-Farm Payrolls (NFP) yang dijadwalkan dirilis pekan ini.
"Ketiga, data PMI China yang berada di atas level 50 menunjukkan adanya ekspansi ekonomi, sementara inflasi Desember 2024 di China tercatat menurun menjadi 0,1% YoY dari sebelumnya 0,2% YoY," kata Hendra kepada Kontan, Jumat (10/1).
Baca Juga: IHSG Menguat 0,34% ke 7.088, Top Gainers di LQ45: MDKA, ANTM dan INDF, Jumat (10/1)
Untuk perdagangan Senin (13/1), Herditya memperkirakan pergerakan IHSG masih cenderung volatile dan sideways dengan area support berada di 7.029 dan resistance di 7.129.
Herditya memproyeksikan perkirakan pergerakan IHSG akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pergerakan harga komoditas seperti minyak mentah dan emas serta sentimen dari investor yang menanti rilis data inflasi AS dan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia.
Sementara itu, Founder Stocknow.id, Hendra Wardana melihat pelemahan IHSG dalam sepekan terakhir terjadi di tengah minimnya sentimen positif yang mampu menopang pasar.
"Kebijakan moneter The Fed menjadi faktor eksternal utama yang mempengaruhi pergerakan IHSG," ujar Hendra kepada Kontan, Jumat (10/1).
Beberapa pejabat The Fed, seperti Susan Collins dan Michelle Bowman mengindikasikan bahwa suku bunga akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama karena inflasi yang masih berada di atas target.
Kebijakan yang hati-hati ini menimbulkan ketidakpastian bagi investor, sehingga IHSG cenderung tertekan sepanjang pekan.
Untuk proyeksi IHSG pada Senin, (13/1), Hendra memprediksi IHSG akan bergerak sideways dengan kecenderungan menguat pada support di level 7.029 dan resistance di 7.197.
Menurut Hendra, sentimen dari kebijakan The Fed yang mempertahankan suku bunga tinggi serta kurangnya katalis positif dari dalam negeri, seperti pembatalan PPN 12% membuat pergerakan IHSG cenderung terbatas.
Namun, adanya potensi pemulihan ekonomi global dan stabilitas inflasi di dalam negeri dapat memberikan sedikit dorongan positif bagi pasar. Investor akan cenderung bersikap hati-hati sambil menunggu data dan kebijakan baru yang mungkin mempengaruhi pasar lebih lanjut.
Hendra menyarankan untuk buy saham INDF dan ANTM di target harga masing-masing Rp 8.050 dan Rp 1.540 per saham. Selain itu, ia juga menjagokan saham ACES dan SCMA pada target harga masing-masing di level Rp 795 dan Rp 173 per saham.
Di sisi lain, Herditya merekomendasikan untuk mencermati saham PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) di target harga Rp 134-Rp 141, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan target harga Rp 2.780-Rp 2.840, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada target harga Rp 4.480-Rp 4.530.
Selanjutnya: Pemagaran Laut di Tangerang Dinilai Sebagai Awal Perampasan Ruang Laut
Menarik Dibaca: Galeri Nasional Hadirkan Pameran Tribut untuk Hardi, Berlangsung hingga 26 Januari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News