Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
Selain itu, investor pasti akan lihat kuartal ke-3 ini pertumbuhan tidak akan setinggi kuartal ke-2 pasti. Kuartal ke-2 itu kan dari low base-nya kuartal ke-2 tahun lalu. Sementara ini kuartal ke-3 tahun lalu itu enggak terlalu rendah. Jadi base-nya enggak serendah kuartal ke-2 tahun lalu. Jadi pertumbuhan ekonomi akan menjadi rendah. Enggak mungkin 7%-an lagi. Kemungkinan ke sekitar 5%, kalau sampai ke 5%-an saja sudah bagus.
Kalau orang jangka panjang melihatnya makro. Sementara kalau yang investor jangka pendek kan cuma in out, berdasarkan bisikan kiri kanan saja kan. Kalau yang baru yang beberapa ratus ribu yang masuk ke dalam berapa bulan terakhir, nah akhirnya itu kan yang menyebabkan naik turun, naik turun. Begitu ada IPO yang seru dia naik, tapi turun. Jangan kayak begitu deh.
Jadi saham-saham apa saja yang menarik untuk kita koleksi sekarang?
Ya saham-saham kayak Unilever dan konsumer yang bisnisnya sudah terbuka lagi, ada kayak restoran sudah mulai dibuka. Itu pasti akan menyebabkan sisi positifnya jalan. Kalau sebelumnya sudah disesuaikan menyesuaikan banyak, sekarang tarik napas lihat ke depannya sudah bisa menyesuaikan diri, bisa naiknya bagus.
Dan juga perbankan setelah masalah loan at risk-nya dalam 1 tahun ke depan selesai, tidak secepat itu akan selesai sih. Tapi paling tidak kita tunggu 1 tahun ke depan, nah kalau itu sudah beres, kayak tahun 1998-1999. Itu perbankan yang bagus-bagusnya itu, begitu selesai krisis naik sahamnya itu kencang banget.
Yang tadinya rugi karena kebanyakan bayar bunganya, pelan-pelan bisa kembali untung
Kemudian ada sektor infrastruktur. Infrastruktur yang tadinya terbeban juga dengan beban debt to equity ratio, atau debt ratio-nya relatif tinggi, begitu sudah masuk injeksi duit dari pemerintah dan proyeknya jalan ya harapannya jalan, maka itu kan ada risk factoring dari capital structure-nya jadi jauh lebih menarik lagi.
Yang tadinya rugi karena kebanyakan bayar bunganya, pelan-pelan bisa kembali untung. Dan juga proyek-proyek yang tertunda, itu kan mulai jalan lagi nanti ke depannya. Dengan mulai jalan ke depannya lagi yang sudah tertunda 1 tahun berarti kan orderannya numpuk. Menumpuk untuk segera dijalankan, itu berarti kabar baik juga.
Bagaimana dengan saham di sektor komoditi?
Komoditi memang sedang naik semua. Batubara sedang naik. Ekonomi Indonesia banyak tertolong juga karena komoditi ini. Di tahun 2008 dan 2000 kita naik dan survive-nya karena komoditi juga. Sekarang harga komoditi sedang naik, jadi ini salah satu berita baik untuk perekonomian kita juga.
Kalau untuk saham-saham perusahaan startup bagaimana?
Kalau untuk saham-saham seperti itu, investor masih berpikir-pikir. Karena itu kan sebenarnya saham-saham startup yang masih belum jelas masa depannya. Seperti tahun 2000 dari 100 perusahaan yang masuk yang hidup cuma 17, yang benar-benar hidup yang jangka panjangnya tinggal 3. Nah itu dari pengalaman tentang startup tahun 2000 di Amerika.
Kompetisi banyak, jadi kalau sekarang masih bakar duit sampai kapan bisa bakar duit.
Sekarang ini kan juga begitu ada banyak fintech yang masuk, dari 1.000 fintech mungkin di bawah 100. Itu juga mungkin yang masuk ke pasar, karena mereka itu kan belum ada labanya kemudian masih belum jelas siapa pemenangnya.
Kompetisi banyak, jadi kalau sekarang masih bakar duit sampai kapan bisa bakar duit. Sehingga akhirnya investor pada gilirannya akan belajar dari pengalaman masa lalu. Ini cashflow nya bisa dihasilkan dalam tempo berapa lama. Pasti ada pemenangnya sih. Begitu ada pemenangnya akan melejit kencang. Tapi yang sisanya yang berguguran, probability bergugurannya lebih besar dari probability winning-nya. Tapi begitu jadi pemenang naik kencang luar biasa seperti terjadinya pada Amazon, Apple, dan lain-lain. Harga sahamnya melejit luar biasa. Tapi ada lebih banyak perusahaan yang jatuh daripada yang naik. Jadi harus hati-hati dalam melihat itu.
Tapi kalau di hari pertama naiknya kencang hati-hati. Yang naiknya kencang ya itu banyak turunnya
Kalau peluang dari IPO perusahaan startup akan seperti apa?
Proyeksi untuk IPO beda melihatnya. Saya disertasi mengenai IPO dan banyak mahasiswa saya yang penelitian mengenai IPO di Indonesia. Long term performance IPO di Indonesia on average, on average ya, karena ada juga yang melejit, tapi long term performance on average tidak terlalu bagus. Jadi kalau di hari pertama naik on average belasan persen, tidak selalu naik ada juga yang turun. Tapi kalau di hari pertama naiknya kencang hati-hati. Yang naiknya kencang ya itu banyak turunnya biasanya. Jadi seperti pola-pola gunung. Dan ada korelasi negatif antara return hari pertama dengan long term performance. Karena hari pertamanya terlalu digenjot kiri kanan atau over expectation, naiknya kencang, turunnya cenderung kencang juga.
Ini terbukti dari riset-riset saya dan mahasiswa saya. Riset saya di Amerika, riset mahasiswa saya di Indonesia. Jadi dari IPO dilihat performance-nya untuk 3-5 tahun.
Sekali lagi ini on average. Harus dilihat satu-satu juga, kalau perusahaannya sudah ada cashflow yang bagus, ada kontrak jangka panjang. Ya seharusnya perusahaan-perusahaan seperti itu yang dipilih.
Polanya begitu ternyata tidak hanya di Indonesia, di Amerika juga begitu. Jadi proses IPO-nya itu yang menyebabkan seperti itu. Walaupun ada juga yang hari pertama naik kencang berikutnya naik lebih kencang, seperti misalnya Facebook. Tapi itu kan 1 dari 1.000 ya, enggak semuanya bisa begitu. Jadi pesannya tetap optimis ke depan, pilih yang fundamental nya bagus artinya sudah terbukti secara historis. Ke depan juga enggak gampang masuk keluar karena melihat bisnis jangka panjang. Jangan terlalu khawatir melihat turun naik jangka pendek karena nanti investasi jangka panjang ini akan kembali dilihat oleh investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News