Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten sektor konsumer umumnya menikmati angin segar menjelang akhir tahun.
Peningkatan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang kembali berada di level optimis dinilai menjadi katalis penting yang mampu mengerek kinerja emiten sektor ini ke depan.
Bank Indonesia (BI) mencatat IKK Oktober 2025 berada di level 121,2, naik dari 115,0 pada bulan sebelumnya. Level ini menunjukkan meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Konsumer: AMRT, MYOR, ICBP, dan ERAA untuk Senin (23/11)
Abida Massi Armand, Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas mengatakan bahwa kenaikan IKK merupakan katalis positif bagi emiten sektor konsumer seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).
Menurut Abida, bagi ICBP dan MYOR yang bergerak di segmen Fast Moving Consumer Goods (FMCG), optimisme konsumen mendorong peningkatan volume penjualan serta memperkuat pricing power untuk mengimbangi tekanan biaya input yang masih tinggi.
Sementara bagi AMRT, kenaikan IKK secara historis berkorelasi positif dengan pertumbuhan pengunjung dan Same Store Sales Growth (SSSG), sehingga mendukung strategi ekspansi perseroan.
Untuk ERAA, IKK yang kuat menunjukkan konsumen lebih percaya diri melakukan pembelian bernilai tinggi menjelang akhir tahun, sehingga dapat meningkatkan volume dan Average Selling Price (ASP).
Baca Juga: Prospek IPO Indonesia 2026 Cerah, Ini Sektor Unggulan yang Menarik bagi Investor
Sentimen Lain yang Perlu Diwaspadai
Meski demikian, masih ada sejumlah sentimen yang perlu dicermati oleh emiten konsumer.
Harry Su, Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa kinerja emiten sangat dipengaruhi fluktuasi harga bahan baku utama seperti gandum, kakao, dan kopi, terutama di tengah kondisi ekonomi global yang masih bergejolak.
Selain itu, harga CPO diperkirakan tetap tinggi pada 2026 akibat implementasi B50, sedangkan untuk retailer seperti AMRT dan ERAA, pergerakan nilai tukar masih menjadi risiko utama bagi harga pokok penjualan.
“Sentimennya itu ada trade tensions, macroeconomic data update, dan swing in key raw material prices,” ujar Harry kepada Kontan.co.id, Jumat (21/11/2025).
Baca Juga: Kinerja Terus Membaik, GOTO Diproyeksikan Kian Dekat Mencetak Keuntungan
Abida menambahkan bahwa tekanan harga bahan baku khususnya gandum dan CPO diperkirakan berlanjut hingga 2026. Kondisi ini terus menekan Harga Pokok Penjualan (HPP) dan Gross Profit Margin (GPM) ICBP dan MYOR.
ICBP memitigasi risiko melalui lindung nilai valas minimal 20% dari eksposur bersih USD serta dukungan volume dari program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG).
Sementara MYOR menghadapi tekanan margin lebih besar, terlihat dari penurunan laba bersih 2024 sebesar 6,05% YoY.
AMRT menghadapi tantangan pada kenaikan biaya operasional dan distribusi akibat ekspansi jaringan, sedangkan ERAA lebih sensitif terhadap suku bunga tinggi yang menekan daya beli produk diskresioner.
“Selain IKK, sentimen kunci lainnya adalah stabilitas kebijakan moneter dan dukungan fiskal pemerintah,” tegas Abida.
Baca Juga: Prospek IPO Indonesia Makin Cerah pada 2026, Ini Sentimen Pendorongnya













