Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia sore ini, Rabu (24/5), ditutup turun dengan Nikkei 225 memperpanjang penurunan selama dua hari beruntun dan KOSPI menghentikan tren kenaikan selama tujuh hari beruntun.
Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia, kinerja indeks saham regional tertekan oleh sentimen negatif dari belum tercapainya kesepakatan untuk menambah plafon utang (debt ceiling) Pemerintah Amerika Serikat (AS). Bursa Asia juga tertekan faktor memburuknya hubungan bilateral antara AS dan China.
China baru-baru ini melarang produsen microchip asal AS, Micron Technology untuk menjual produknya di pasar domestik China dengan alasan keamanan nasional sehingga membuat marah politisi AS.
Langkah ini diambil setelah Pemerintah China mengkritik sikap negara-negara maju yang tergabung dalam G7 terhadap China serta perjanjian perdagangan antara AS dan Taiwan.
Baca Juga: Bursa Asia Melemah pada Selasa (23/5) di Tengah Rilis Data Ekonomi Global
Dari sisi makroekonomi, bank sentral Selandia Baru atau Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) menaikkan suku bunga acuan Cash Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,5%. Ini adalah kenaikan suku bunga acuan yang ke 12 kali sejak Oktober 2021 dan sesuai dengan ekspektasi pasar.
Namun, untuk pertama kali sejak dimulainya siklus pengetatan kebijakan moneter, RBNZ memproyeksikan langkah berikutnya yang akan diambil adalah pemangkasan suku bunga acuan dengan mempertahankan target suku bunga acuan di 5,5% atau lebih ramah (dovish) dari ekspektasi pasar.
RBNZ berpendapat pertumbuhan ekonomi global masih akan lemah, sementara tekanan inflasi mulai mereda, terlihat dari tingkat inflasi yang sudah turun dari puncaknya 7.6% di bulan JUni 2022 menjadi 6,7%.
Sebelumnya, pelaku pasar memprediksi kenaikan suku bunga sebesar 50 bps dan berharap pengetatan kebijakan moneter akan berlanjut.
Fokus perhatian investor bergeser pada bank sentral Korea Selatan atau Bank Of Korea (BOK) yang besok (25/5) diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Repurchase Rate di 3,5% selama tiga bulan beruntun. BOK juga diprediksi akan memperbaharui sejumlah indikator penting ekonomi, termasuk pertumbuhan dan tingkat inflasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News