Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |
JAKARTA. Salah satu faktor kunci yang menyebabkan rupiah sulit menguat terhadap dollar AS bisa dilihat pada neraca perdagangan. Pada semester I lalu, defisit perdagangan Indonesia membengkak hingga hampir lebih dari US$ 13 juta.
Head of Global Market Indonesia The Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) Ali Setiawan memperkirakan defisit neraca perdagangan yang cukup besar tersebut akan berpengaruh besar terhadap gerak rupiah terhadap dollar AS.
"Kita melihat, kenaikan indeks di pasar saham dan pasar obligasi, kini tidak serta merta mengangkat rupiah signifikan," kata Ali, Selasa (7/8).
Ali menilai, defisit neraca perdagangan akan berpengaruh terhadap likuiditas dollar AS yang mengering di pasar. Semakin tinggi defisit, semakin sulit orang mencari dollar AS di Indonesia. Ini mengakibatkan harga dollar semakin mahal bila dikonversi ke mata uang rupiah.
"Terlebih setiap akhir bulan, korporasi berlomba-lomba mencari dollar AS untuk penyelesaian kewajiban pembayaran import," jelas Ali.
Dia juga memprediksi kebutuhan impor Indonesia akan berlanjut tumbuh di tengah penurunan tingkat ekspor ke negara-negara yang terindikasi mengalami perlambatan ekonomi, seperti China, Amerika Serikat, ataupun Uni Eropa.
Namun sampai akhir tahun, Ali percaya bahwa Bank Indonesia (BI) akan menjaga rupiah di level Rp 9.300-Rp 9.500 terhadap dollar AS sampai akhir tahun nanti. "Level Rp 9.500 adalah level psikologis rupiah," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News