Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas |
JAKARTA. Dalam sepekan terakhir ini, rupiah masih tercatat menguat tipis terhadap dollar AS. Selama itu, rupiah menguat paling tinggi di posisi Rp 9.435 dan melemah terdalam di level Rp 9.485 per dollar AS. Analis melihat ruang penguatan rupiah masih terbuka meski terbatas.
Analis Bank Negara Indonesia (BNI) Klara Pramesti mengamati penguatan rupiah terhadap dollar AS di minggu ini terhambat kekecewaan pasar terhadap keputusan The Fed dan petinggi European Central Bank.
Namun, rentang alias spread antara bid (permintaan) dan offer (penawaran) di pasar valas luar negeri menyempit. Spread pada kontrak non delivery forward (NDF) itu menyempit menjadi hanya 10-11 basis poin (bps). Kondisi ini membantu memberikan ruang penguatan bagi rupiah.
"Investor masih wait and see dengan cenderung menghindari risiko atau risk aversion,” kata Klara kepada KONTAN, Jumat (3/8).
Untuk sepekan depan (6 Agustus-10 Agustus), Klara masih meyakini penguatan rupiah terhadap dollar AS akan berlanjut walau tipis di kisaran 9.400-9.500.
Ia menjelaskan, perjalanan rupiah masih aman juga karena aksi protektif Bank Indonesia (BI). "BI akan menjaga USD/IDR tidak menembus Rp 9.500, karena jika bisa menembus level tersebut akan berdampak buruk bagi psikologis pasar. Ini menimbulkan kecemasan dan berujung rupiah semakin jatuh," urai Klara.
Sedangkan untuk perdagangan Jumat (3/8), ia memperkirakan rupiah akan sedikit melemah di level Rp 9.470-Rp 9,500 . "Memburuknya data purchasing manager index (PMI) China berpotensi menurunkan minat investor asing untuk membeli portofolio emerging market hingga cenderung memberi sentimen negatif pergerakan rupiah," tambah Klara.
Dengan melihat kondisi yang tidak kondusif seperti ini, pelaku pasar juga lebih memilih mengamankan posisi dengan beralih ke dollar AS menjelang akhir pekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News