Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peta penguasa Bursa Efek Indonesia kembali berubah. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) merebut posisi teratas kapitalisasi pasar bursa lokal, menggeser Bank Central Asia (BBCA). Padahal, hampir sepanjang tahun ini BBCA memuncaki kapitalisasi pasar BEI.
Sejatinya lompatan BBCA cukup besar. Pada Rabu (20/12), bank yang terafiliasi dengan Grup Djarum ini mencetak kapitalisasi Rp 520,22 triliun. Angka ini bertambah Rp 138 triliun dibandingkan posisi akhir 2016 senilai Rp 382,15 triliun. Adapun harga saham BBCA sudah menanjak 35% year-to-date (ytd) menjadi Rp 20.925 per saham.
Posisi HMSP juga dominan lantaran sukses mempertahankan harga sahamnya di jalur positif. Harga saham HMSP sudah naik 16,19% (ytd) menjadi Rp 4.450 per saham. Apalagi di akhir 2016, kapitalisasi HMSP memang sudah menembus Rp 445,50 triliun (lihat tabel).
HMSP memang salah satu penggerak utama IHSG. "Saham ini juga menjadi salah satu sasaran window dressing, ujar Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat kemarin. Beberapa saham yang juga masuk radar window dressing antara lain BBCA, BBRI, TLKM dan UNVR.
Sedangkan sektor yang paling dominan merajai kapitalisasi pasar BEI adalah sektor perbankan. Dari 10 saham berkapitalisasi pasar terbesar, empat di antaranya saham perbankan, yakni BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI. Sektor dominan lainnya adalah konsumer yang diwakili HMSP, GGRM dan UNVR. Adapun tiga saham sisanya adalah TLKM, UNTR dan ASII.
Sektor perbankan menjadi primadona lantaran kinerja emitennya terbilang moncer di sepanjang 2017. Volatilitas saham perbankan meningkat seiring fundamental perusahaan yang kian menguat.
Dari empat bank yang masuk top 10 kapitalisasi pasar, BBNI memberikan return paling menarik. Belum lama ini BBRI dan BMRI juga memecah nilai nominal saham (stock split).Ini mempengaruhi psikologis pelaku pasar yang dananya tak terlalu besar untuk masuk ke dua saham ini, tutur Kevin. Pada medio tahun ini, HMSP juga melakukan stock split.
Selain aksi korporasi dan window dressing, analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menilai, prospek saham tahun depan turut menentukan nilai kapitalisasinya. "Dari beberapa indikator dan proyeksi mikro dan makro, dua sektor yaitu perbankan dan consumer goods cukup bagus, ujar dia.
Dengan target pertumbuhan ekonomi 2018 sebesar 5,4%, tentu konsumsi akan meningkat dan berimbas ke saham defensif seperti consumer goods. Beberapa saham lain juga turut diuntungkan, seperti ASII dan TLKM. UNTR terimbas oleh perbaikan harga batubara, jelas dia.
Namun, Kevin tetap melihat beberapa tantangan. Misalnya pilkada serentak, kebijakan reformasi pajak di luar negeri dan konflik geopolitik yang bisa membuat asing keluar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News