Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi saat ini kurang bergairah. Analis memproyeksikan pasar obligasi masih akan meredup hingga Maret 2018.
Pelaku pasar cenderung wait and see terhadap sejumlah agenda ekonomi global beberapa waktu ke depan. "Kemungkinan pasar masih antisipasi terutama sebelum rapat FOMC (Federal open market committee) akhir Maret mendatang," kata analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie, Selasa (20/2).
Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati outlook kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed di bawah pimpinan baru.
Dari dalam negeri, Roby bilang pelaku pasar masih akan mencermati calon gubernur Bank Indonesia (BI) yang baru. Sehingga dalam dalam jangka panjang masih ada peluang penurunan yield yang lebih didorong oleh sentimen dari dalam negeri dan prospek kenaikan rating Indonesia.
Roby optimistis tahun ini ruang yield surat utang Indonesia untuk menurun masih ada. Namun, penurunan tersebut tidak akan sedalam tahun lalu. Penyebabnya, sentimen dari global masih kuat membayangi.
"Belum lagi, pemilu yang akan diselenggarakan di banyak negara," kata Roby. Ruang penurunan suku bunga BI juga masih terbatas.
Roby mengemukakan kinerja indeks return obligasi yang tercermin dalam Indonesia Composite Bond Index (ICBI) pada pekan kedua Februari melemah dibayangi kenaikan inflasi AS.
Terlihat, pada periode tersebut ICBI melemah 0,24% week on week (wow) ke level 244,63. Pelemahan turut dicatatkan indeks obligasi pemerintah yang tercermin dalam INDOBeXG-Total Return yakni sebesar 0,29% wow ke level 241,66.
Sepekan kemarin yield obligasi pemerintah membetuk pola bearish. Rata-rata yield seluruh tenor mengalami kenaikan 3,91 bps wow. Kenaikan rata-rata yield terbesar dicatatkan seri tenor menengah dengan naik 4,74 bps wow. Kenaikan yield kemudian diikuti secara berturut-turut oleh tenor panjang yang naik 4,28 bps wow dan tenor pendek sebesar 1,19 bps wow.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News