Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Pertama, HRTA memanfaatkan potensi pasar di mana kondisi emas sedang naik daun dan harganya yang juga melambung.
Deny menyatakan HRTA merasakan dampak baiknya pada penjualan. Jika dibandingkan tahun lalu harga emas yang dijual tentunya berubah.
Nah, kalau harga emas semakin tinggi, permintaan perhiasan kadar muda atau kadar rendah akan lebih banyak. Dengan demikian penjualan di kelas menengah ke bawah yang notabene membeli emas muda mengerek pendapatan bersih HRTA khususnya di penjualan grosir.
Baca Juga: Hartadinata Abadi (HRTA) akuisisi 90% saham Aurum Digital Internusa
Buktinya saja peningkatan penjualan tahun lalu sebesar 60,1% masih didominasi segmen kelas menengah ke bawah dengan perhiasan kadar rendah.
Strategi kedua adalah menambah kapasitas produksi setelah melihat potensinya pasar yang cemerlang. Deny menjelaskan secara gamblang, HRTA memiliki empat pabrik di mana keempatnya terus ditingkatkan utilisasi dan produksinya mengingat permintaan di pasar terhadap emas semakin meningkat.
Baca Juga: Hartadinata Abadi (HRTA) Tingkatkan Produksi Kalung Emas
Sampai pada semester I 2019, rata-rata utilisasi pabrik HRTA mencapai 34,78% dan pada akhir tahun ini target utilisasinya sebesar 35% dengan memfokuskan pada pabrik kalung. Sebab pabrik tersebut menyerap sedikit sumber daya manusia dibanding pabrik lainnya sehingga bisa dioperasikan selama 24 jam.