Reporter: Dina Farisah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pada Senin (9/2), harga komoditas timah berhasil rebound, pasca tenggelam di level terendah. Tapi jangan happy dulu, analis menilai, rebound ini sementara, mengingat sentimen negatif masih menyergap komoditas tersebut.
Mengutip Bloomberg, Selasa (10/2) pukul 12.22 WIB, harga kontrak pengiriman timah tiga bulan di angka US$ 18.410 per metrik ton. Harga timah di London Metal Exchange (LME) menanjak 0,87% dibandingkan hari sebelumnya. Selama sepekan, harga timah tergerus 3,2%.
Ibrahim, Direktur dan Analis PT Equilibrium Komoditi Berjangka, menilai, rebound harga timah wajar, karena sudah berada di level terendah di hari Senin lalu. Meski demikian, harga timah masih rawan koreksi.
Menurut Ibrahim, serangkaian sentimen akan menjaga timah di level rendah. Ini karena, konflik antara Ukraina dengan Rusia ternyata disikapi Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama dengan cara diplomasi. Hal ini meredam spekulasi terjadinya perang atau kenaikan tensi, sehingga harga timah konsisten melemah. "Kemungkinan harga timah akan menguji level US$ 17.000 per ton," proyeksi Ibrahim.
Selain itu, Myanmar sedang rajin melakukan eksplorasi timah. Padahal di saat bersamaan, Indonesia menghentikan ekspor mineral mentah, Harga timah yang dipatok LME berada di US$ 17.000-US$ 21.000 per metrik ton. Sementara harga jual PT Timah, Tbk antara US$ 22.000-US$ 22.500 per metrik ton.
Itu sebabnya, karena harga jual lebih tinggi dibandingkan harga pasar, mengakibatkan PT Timah menahan barang. Kondisi ini berdampak pada penurunan ekspor. Bisa jadi, ekspor timah tahun ini menurun dari 70.000 ton ke 60.000 ton.
Myanmar melakukan ekspor bahan mentah secara besar-besaran. "Akibatnya, importir yang awalnya membeli timah dari Indonesia kini mulai beralih ke Myanmar," papar Ibrahim. Akibatnya, pasokan timah di pasar global tetap berlimpah dan harga timah terus melemah.
Belum lagi ada sentimen negatif tentang ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Federal Reserve). Ini membuat indeks dollar AS melambung, sehingga pelaku pasar mengalihkan aset mereka ke dollar AS.
Harga komoditas yang menukik sepanjang tahun ini sudah diamini Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia. Menurut kedua institusi tersebut, tahun ini merupakan tahun sulit bagi komoditas.
Secara teknikal, menurut Ibrahim, harga timah masih akan melemah. Hal tersebut ditunjukkan dari indikator bollinger band dan moving average yang berada 30% di atas bollinger bawah. Moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) pun di 70% dengan arah negatif. Stochastic wait and see.
Ibrahim memprediksi, hari ini harga timah di US$ 18.330-US$ 18.430 per ton. Sementara dalam sepekan di US$ 18.120-US$ 18.380.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News