Reporter: Dina Farisah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga timah berhasil rebound pasca tenggelam menuju level terendah sejak Agustus 2012 pada Senin (9/2). Namun, rebound timah ini bersifat sementara karena serangkaian sentimen negatif masih menyergap harga timah.
Mengutip Bloomberg, Selasa (11/2) pukul 12.22, kontrak pengiriman timah tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 18.410 per metrik ton. Harga menanjak 0,87% dibandingkan hari sebelumnya. Dalam sepekan, timah tergerus 3,2%.
Direktur dan analis PT Equilibrium Komoditi Berjangka, Ibrahim menilai, rebound harga timah merupakan suatu yang wajar. Timah bangkit setelah menyentuh level terendah dua setengah tahun. Meski demikian, timah masih rawan koreksi. Menurut Ibrahim, serangkaian sentimen akan menjaga timah di level rendah.
Misalnya, konflik antara Ukraina dengan Rusia ternyata disikapi Presiden AS, Barack Obama dengan cara diplomasi. Hal ini meredam spekulasi perang, sehingga harga timah konsisten melemah. “Kemungkinan harga timah akan menguji level US$ 17.000 per metrik ton,” duga Ibrahim.
Untuk diketahui, harga timah yang di patok LME berada di kisaran US$ 17.000-US$ 21.000 per metrik ton. Sementara harga jual PT Timah berkisar antara US$ 22.000-US$ 22.500 per metrik ton. Harga jual PT timah yang lebih tinggi dibanding harga pasar mengakibatkan PT Timah akan menahan barangnya. Kondisi ini berdampak pada penurunan ekspor. Bisa jadi, ekspor timah tahun ini akan menurun dari 70.000 ton menjadi 60.000 ton.
Kini, lanjut Ibrahim, Myanmar sedang mengeksplorasi timah. Di saat Indonesia menghentikan ekspor mineral mentah, Myanmar melakukan ekspor bahan mentah secara besar-besaran. Akibatnya, importir yang awalnya membeli timah dari Indonesia kini mulai beralih ke Myanmar. Kondisi ini menutupi pasokan global yang mendorong penurunan harga timah lebih lanjut.
Adapun sentimen negatif lainnya yaitu ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Federal Reserve). Hal ini mendukung melambungnya indeks dollar, sehingga mendorong pelaku pasar mengalihkan aset mereka ke dollar AS.
Menukiknya harga komoditas sepanjang tahun ini juga telah diamini oleh IMF dan World Bank. Menurut kedua institusi ini, tahun 2015 merupakan tahun sulit bagi komoditas.
Secara teknikal, harga timah juga masih terperangkap di area negatif. Hal itu ditunjukkan oleh indikator bollinger band dan moving average yang berada 30% di atas bollinger bawah. Kondisi ini mensinyalkan bahwa harga timah masih berpeluang terbenam. Indikator moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) berada di level 70% dengan arah negatif. Adapun stochastic masih wait and see. Ini pertanda belum menentukan arah selanjutnya.
Ibrahim memprediksi harga timah hari ini akan berkisar antara US$ 18.330-US$ 18.430 per metrik ton. Sementara harga timah sepekan diperkirakan terbentang di antara US$ 18.120-US$ 18.380 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News