Reporter: Nathania Pessak | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) kembali membuat harga tembaga menguat. Mengutip Bloomberg, Jumat (21/7) harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,76% ke level US$ 6.004 per metrik ton dibanding harga sehari sebelumnya. Dalam sepekan, harga tembaga terapresiasi 1,32%.
Analis menilai, nilai tukar the greenback kembali tertekan setelah pernyataan Gubernur ECB Mario Dragi yang bernada hawkish direspon positif oleh pelaku pasar. Selain itu, belum adanya kesepakatan mengenai reformasi pajak yang dicetuskan oleh Presiden AS Donald Trump turut menggelincirkan kurs dollar AS.
Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menyebutkan, faktor data China seperti properti, manufaktur, dan ekspor impor yang naik juga menunjang penguatan harga tembaga. "Di sisi lain, juga situasi cuaca buruk di AS menghambat transportasi sehingga harga kembali naik," jelasnya.
Adanya perpanjangan mogok kerja selama empat bulan ke depan di tambang termbaga Grasberg menyebabkan adanya penurunan produksi yang berimbas pada penguatan harga tembaga. "Seminggu saja tidak produksi, asumsinya produksi berkurang dan harga akan naik," kata Ibrahim.
Lebih lanjut, Ibrahim juga memandang, dalam jangka panjang peluang penguatan harga tembaga masih ada. Menurutnya, jika carut marut permasalahan di AS sudah terselesaikan, infrastruktur akan segera berjalan. Jika infrastruktur berjalan, maka kebutuhan akan tembaga akan semakin meningkat. "Ini kan terkoreksi karena trik harian saja," ujarnya.
Namun dirinya juga tidak menampik akan adanya sentimen negatif yang bisa melemahkan harga tembaga. Ibrahim menyebutkan, saat ini AS sedang mengadakan penyelidikan hubungan antara AS dan Rusia dalam kampanye Trump tahun lalu.
"Harus hati-hati, karena juga kemungkinan manufaktur Eropa yang kemungkinan juga jatuh, kemudian PDB Inggris yang diprediksi bagus. Tapi ini semua bervariasi," kata Ibrahim.
Secara teknikal, Ibrahim melihat bollinger band dan moving average (MA) masih 10% di atas bollinger tengah yang artinya harga masih berpotensi menguat. Indikator relative strength index masih wait and see. Sedangkan, stochastic dan moving average convergence divergence terindikasi 60% negatif.
Untuk itu, Ibrahim memprediksi, harga tembaga masih akan menguat terbatas di area US$ 5.940,20 - US$ 6.030,00 per metrik ton pada esok hari dan US$ 5.900 - US$ 6.120 per metrik ton dalam sepekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News