Reporter: Nathania Pessak | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga komoditas tembaga berhasil menguat setelah sepekan lalu melorot. Mengutip Bloomberg, Selasa (12/7), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di LME naik 0,87% menjadi US$ 5.875 per metrik ton dibandingkan hari sebelumnya. Namun, dalam sepekan terakhir, harga tembaga turun 0,29%.
Sebelumnya, pekan lalu, penurunan harga terjadi karena faktor teknikal yang didukung dengan kenaikkan stok mingguan di London Metal Exchange (LME) sebesar 4.900 ton.
Kinerja tembaga sebenarnya cukup cemerlang sejak akhir semester I-2017. Terjadi kenaikkan sekitar 7,25% dalam enam bulan pertama 2017. Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menyebutkan, pelaku pasar masih melihat fundamental. Ditambah dengan adanya pemogokkan kerja tambang yang terjadi di Chile dan Peru.
Selain itu pelaku pasar juga masih fokus terhadap pembicaraan pemerintah Indonesia dengan PT Freeport Indonesia yang masih belum berlangsung, "Kondisi-kondisi ini yang akhirnya membuat harga tembaga mengalami penguatan," jelas Andri.
Tak hanya itu, Andri juga menilai, masalah skandal surel yang memperlihatkan hubungan Presiden Amerika Donald Trump dengan Rusia juga menjadi salah satu faktor yang membantu mengerek harga tembaga. Dengan adanya permasalahan politik tersebut, nilai dollar AS tertekan sehingga harga komoditas yang diperdagangkan dalam dollar AS terdongkrak.
Terkait pidato yang akan dilakukan oleh Ketua The Fed Janet Yellen, Andri memprediksi tetap akan terjadi gejolak untuk dollar AS hingga akhir pekan.
Kenaikkan harga tembaga juga berhubungan dengan kenaikkan harga baja di China dan data penjualan otomotif yang meningkat. Menurut Andri, hal ini memberikan pengaruh yang baik, karena mulai ada permintaan.
Menurut Andi, prospek jangka panjang tembaga masih akan stagnan, seiring dengan melambatnya ekonomi China. Namun, yang menjadi fokus adalah penetapan moneter tentang pembatasan kredit pada sektor properti dan juga otomotif.
"Saya pikir, dikhawatirkan nanti akan berdampak juga ke tembaga, jadi itu katalis negatif yang saya lihat ke depan untuk harga tembaga," katanya.
Andri meramalkan, Kamis, harga tembaga akan berada di rentang US$ 5.860-US$ 5.920 per metrik ton dan sepekan ini berada di kisaran US$ 5.840-US$ 5.960 per metrik ton. Sedangkan hingga akhir tahun, Andri memprediksi tembaga akan terus menguat di kisaran harga US$ 6.000-US$ 6.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News