Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga tembaga menguat pada Senin (7/10), didorong oleh harapan akan peningkatan permintaan dari China. China saat ini menjadi konsumen utama tembaga dunia.
Negara ini tengah melakukan briefing mengenai kebijakan untuk memberikan stimulus ekonomi guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Harga kontrak tembaga yang menjadi benchmark di Bursa Berjangka London (LME) diperdagangkan naik 0,2% menjadi US$ 9.963 per ton dalam sesi perdagangan.
Baca Juga: Harga Tembaga LME Dekati US$10.000, Sambil Menunggu Indikator Permintaan Lebih Lanjut
Para pedagang mengatakan bahwa melemahnya mata uang AS membuat komoditas logam ini lebih berharga ketimbang dolar bagi pemegang mata uang lainnya. Sentimen ini mendukung kenaikan harga pada sesi sore di Eropa.
Logam industri secara keseluruhan telah mendapat dukungan dari pengumuman China bulan lalu mengenai stimulus ekonomi terbesar sejak pandemi COVID-19.
Lima pejabat dari Komisi Pembangunan dan Reform Nasional China (NDRC) akan memberikan briefing kepada wartawan pada Selasa (7/10).
"Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka serius tentang stimulus," kata Dan Smith, kepala riset di Amalgamated Metal Trading.
Baca Juga: Harga Tembaga Naik Tipis di Akhir Pekan yang Berfluktuasi
Ia menyebut Permintaan sudah berjalan dengan kecepatan moderat, dan sisi pasokan pada logam dasar umumnya ketat, dengan nikel sebagai pengecualian yang menonjol.
Permintaan Tembaga menunjukkan peningkatan, sementara stok di gudang yang diawasi oleh Bursa Berjangka Shanghai turun hampir 60% sejak awal Juni menjadi 141.625 ton. Stok di gudang yang disetujui LME telah menurun sejak mencapai level tertinggi sejak 2019 pada Agustus.
Namun, diskonto premium untuk tembaga tunai dibandingkan dengan kontrak tiga bulan menimbulkan keraguan tentang kekuatan permintaan tembaga ini. Diskon ini mencapai sekitar US$ 150 per ton, turun dari rekor tertinggi di atas US$ 160 pada bulan Juli.
Sementara itu, Harga nikel naik 0,7% menjadi US$ 18.125 per ton, didorong oleh penutupan posisi pendek dan kekhawatiran akan gangguan pada operasi Ambatovy di Madagaskar, kata para pedagang.
Ambatovy memproduksi sekitar 8.000 metrik ton nikel selama kuartal April-Juni, menurut Sumitomo Corp, pemegang saham mayoritasnya pada bulan Juli. Ambatovy memperkirakan produksi tahunan sebesar 35.000 ton untuk tahun fiskal berakhir 31 Maret.
Gangguan yang berkepanjangan dapat memperketat pasokan dan mempersempit surplus yang diperkirakan.
Di logam lainnya, aluminium naik 0,1% menjadi US$ 2.655 per ton, seng bertambah 0,3% menjadi US$ 3.175, timah naik 0,6% menjadi US$ 2.163, dan timah naik 0,6% menjadi US$ 34.075.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News