Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga tembaga naik pada Jumat (4/10), setelah mengalami fluktuasi sepanjang pekan dalam perdagangan yang tipis karena libur.
Aksi ambil untung menahan kenaikan harga di tengah harapan pemulihan permintaan setelah adanya langkah-langkah stimulus dari konsumen terbesar, China.
Melansir Reuters, harga tembaga untuk kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,4% menjadi US$9.909 per ton pada 0402 GMT.
Baca Juga: Kekurangan Pasokan Dalam Negeri, Impor Nikel RI Mendaki
Harga aluminium naik 0,4% menjadi US$2.640, dan nikel melonjak 1,8% menjadi US$17.900.
Seng LME naik 0,7% menjadi US$3.145,50, timbal naik 0,4% menjadi US$2.151,50, dan harga timah meningkat tipis 0,1% menjadi $33.750.
Harga tembaga diperkirakan bisa naik lebih lanjut karena China cenderung melaksanakan janji-janji stimulus fiskalnya.
Namun, harga kemungkinan akan mencapai puncak sekitar US$10.500, di mana permintaan fisik mungkin kesulitan untuk mengimbangi, kata seorang pedagang logam.
"Rilis data buruk bisa memicu aksi jual dalam jangka sangat pendek," tambah pedagang tersebut.
Baca Juga: Tembaga Diproyeksi Jadi Logam dengan Kenaikan Harga Terbesar, Lirik AMMN dan MDKA?
Namun, secara mingguan, harga tembaga di LME turun 0,8%, berada di jalur untuk penurunan pertama dalam empat pekan, karena pasar menunggu lebih banyak petunjuk setelah reli kuat yang dipicu oleh rencana stimulus China.
Pasar China tutup untuk liburan umum dari 1-7 Oktober.
Harga timah diperkirakan mengalami kenaikan selama empat minggu berturut-turut, setelah mencapai level tertinggi sejak 11 Juli pada awal pekan ini.
Ekspor timah Indonesia meningkat pada September, tetapi beberapa produsen besar telah mencapai kuota ekspor mereka dan perlu merundingkan ulang sebelum ekspor dapat dilanjutkan.
Baca Juga: Oversupply Industri Baja Tak Ganggu Ekspor Batubara ke China
Sementara itu, ekspor dari Myanmar terus menurun, kata analis Freddie Mitchell dari International Tin Association.
"Sentimen di kalangan konsumen timah positif, dengan peserta pasar mengantisipasi pemulihan permintaan secara keseluruhan pada 2024," kata Mitchell dalam sebuah catatan.
Stok timah di Shanghai Futures Exchange (SHFE) turun menjadi 8.698 ton, terendah sejak 2 Februari. Sedangkan, stok timah LME terakhir tercatat 4.565 ton, terendah sejak 23 Agustus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News