Reporter: Fahriyadi | Editor: Fahriyadi .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan terbaru Amerika Serikat (AS) mengenai kenaikan tarif resiprokal memicu gelombang volatilitas di pasar global. Menghadapi ketidakpastian ini, Manulife Investment Management memberikan sejumlah strategi bagi investor untuk menjaga ketahanan portofolio sekaligus melihat peluang di tengah gejolak yang tidak menentu.
Deputy Head of Multi-Asset Solutions, Asia, and Senior Portfolio Manager Manulife Investment Management, Marc Franklin menjelaskan, kebijakan tarif AS menciptakan dinamika baru di pasar. Perubahan tarif telah menyebabkan meningkatnya volatilitas di pasar global. Kondisi ini mendorong peninjauan kembali pendekatan investasi strategis karena AS bergerak menuju siklus reindustrialisasi. “Investor harus mempertimbangkan untuk menyelaraskan investasi lebih banyak kepada manufaktur dan jasa domestik AS yang berpotensi diuntungkan dari reindustrialisasi,” kata Marc dalam ulasannya yang berjudul Solusi Mengatasi Volatilitas Pasar Menghadapi Perubahan Tarif AS seperti dikutip, Selasa (15/4).
Jika China merespons dengan mempercepat stimulus ekonomi domestik, sektor konsumen akan memperoleh manfaat dari pengeseran apa pun yang dilakukan Negeri Tirai Bambu tersebut terhadap konsumsi domestik. “Mengawasi pergerakan ini dan menyesuaikan portofolio dapat membantu memaksimalkan peluang dan memitigasi risiko dari penataan ulang perdagangan global,” kata Marc.
Baca Juga: Bursa Asia Menguat Selasa (15/4), Obligasi Stabil Berkat Sinyal Kelonggaran Tarif AS
Volatilitas pasar ternyata juga menantang bagi ekonomi ASEAN yang bergantung pada ekspor. Marc melanjutkan, negara-negara seperti Vietnam dan Thailand perlu menyesuaikan model ekonomi dengan ditutupnya celah transshipment. Sebaliknya, ekonomi India yang lebih digerakkan oleh pasar domestik menawarkan ketahanan relatif terhadap guncangan eksternal.
“Investor harus mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi ke negara-negara dengan permintaan domestik yang kuat untuk memitigasi risiko geopolitik dan meningkatkan ketahanan portofolio,” terangnya.
Tak sampai di situ, volatilitas pasar juga telah menyebabkan reset valuasi di beberapa aset, termasuk saham teknologi berkapitalisasi besar di AS dan spread kredit, terutama kelas investasi dan pasar negara maju dengan imbal hasil tinggi.
Oleh sebab itu, Marc menyarankan investor perlu mempertahankan pendekatan investasi yang fleksibel agar dapat dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan valuasi pasar dan menangkap peluang yang muncul di seluruh kelas aset.
Selain reset valuasi terhadap berbagai kelas aset, Marc meneruskan, kebijakan yang bias di dalam negeri AS juga berpotensi menarik modal asing keluar dari Negeri Paman Sam. Meskipun investor ritel domestik terus membeli ekuitas AS, pasar tenaga kerja harus mampu bertahan menghadapi tren ini. Jika valuasi ekuitas AS kembali ke rata-rata jangka panjang, peluang investasi yang signifikan dapat muncul bagi investor domestik maupun asing.
“Penyelarasan ini dapat memberikan titik masuk strategis bagi investor yang ingin memanfaatkan tingkat valuasi yang lebih menguntungkan, yang berpotensi meningkatkan imbal hasil seiring dengan stabilnya kondisi pasar,” ucap Marc.
Terlepas dari kondisi saat ini, Marc menilai potensi imbal hasil jangka panjang pasar meningkat seiring dengan reset valuasi. Atas dasar itu, investor sebaiknya mempertimbangkan untuk mempertahankan posisi kas lebih besar untuk dapat memanfaatkan peluang investasi akibat valuasi ulang. Fokusnya harus pada manajemen risiko yang disiplin dan diversifikasi sambil memanfaatkan peluang yang muncul.
“Mempertahankan perspektif jangka panjang dapat membantu memastikan keselarasan strategis dengan kondisi pasar yang terus berkembang, sehingga memposisikan investor untuk mendapatkan keuntungan dari potensi pertumbuhan dari waktu ke waktu,” jelas Marc.
Selanjutnya: Permintaan Minyak Global Melemah, IEA Pangkas Proyeksi 2025 di Tengah Perang Dagang
Menarik Dibaca: Rebound Bitcoin Tersendat, Masih Kuat Menanjak atau Rawan Jatuh?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News