Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pergerakan harga tembaga rawan tekanan hingga jangka panjang. Potensi potensi penguatan dollar AS masih membayangi tembaga di tengah permintaan yang belum juga membaik.
Mengutip Bloomberg, Selasa (26/4) pukul 12.11 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 0,86% ke level US$ 4.955,5 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir harga tembaga menguat 0,38%.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, peluang penguatan harga tembaga masih terbuka sebelum The Fed menaikkan tingkat suku bunga. Namun, harga akan kembali terpukul setelah bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve akhirnya naik.
Pelaku pasar percaya, The Fed belum akan menaikkan suku bunga. Akan tetapi, perbedaan kebijakan ekonomi antara The Fed dengan bank sentral dunia lainnya membuat dollar AS terus bertenaga.
Di saat Bank Sentral lain menerapkan kebijakan ekonomi longgar termasuk memangkas suku bunga, The Fed masih tetap optimistis pada rencana menaikkan suku bunga. Hal ini bisa menjadi batu sandungan bagi pergerakan harga tembaga jangka panjang.
Di saat yang sama, permintaan tembaga belum menunjukkan perbaikan. China sebagai negara konsumen tembaga terbesar di dunia sudah melakukan berbagai strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tahun ini pemerintah China menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% - 7%. Sementara di tahun 2015, pertumbuhan ekonomi negeri Tiongkok sebesar 6,9%.
Jika perekonomian China relatif stabil, Ibrahim optimistis harga tembaga bisa mencapai level tertinggi tahun ini di US$ 5.900 per metrik ton. Angka tersebut kemungkinan dicapai pada kuartal ketiga atau keempat tahun ini sebelum The Fed menaikkan tingkat suku bunga.
Akan tetapi, jika suku bunga The Fed naik, harga tembaga bisa kembali ke level US$ 4.000 per metrik ton.
Suku bunga The Fed naik, tembaga bisa ke US$ 4.000 per metrik ton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News