Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham blue chip sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah turun dalam hingga pertengahan Maret 2025. PT JP Morgan Sekuritas Indonesia menilai penurunan harga saham blue chip tersebut menjadi kesempatan bagus bagi investor untuk mulai akumulasi. Alasannya, harga saham blue chip perbankan itu berpotensi mendaki dalam waktu dekat.
Saham blue chip adalah saham lapis satu yang telah berpengalaman di pasar modal. Saham blue chip biasanya memiliki nilai kapitalisasi pasar besar, mencapai puluhan hingga triliunan rupiah.
Di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham blue chip biasanya menjadi anggota indek mayor seperti LQ45. Saham bank di Indeks LQ45 yang telah turun tajam antara lain PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Baca Juga: BYD & Denza Terjual 3.400 Unit Awal 2025, Cek Harga BYD Atto Dolphin M6 Maret 2025
Per 14 Maret 2025, saham-saham bank besar masih tercatat turun di sepanjang tahun ini. Harga saham PT Bank Mandiri Tbk misalnya turun 16,84% di sepanjang tahun ini menjadi Rp 4.740 per saham.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 8,09% secara year to date (ytd) menjadi Rp 3.750 dan saham PT Bank Central Asia Tbk turun 9,56% di Rp 8.750 per saham. Hanya saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang masih naik 1,84% secara ytd di Rp 4.430 per saham.
"Penurunan harga saham bank-bank milik negara di Indonesia telah mencapai 17% sejak awal tahun ini, sementara indeks harga saham gabungan (JCI) turun 13%, dan MSCI Emerging Markets (MSCI EM) tercatat naik 2% dalam istilah dolar AS," kata Harsh Wardhan Modi Analis JP Morgan Sekuritas dikutip dalam riset 3 Maret 2025.
Menurut dia, penurunan tajam ini menunjukkan kemungkinan adanya reli teknikal dalam waktu dekat. "Meskipun proyeksi dan target harga kami termasuk yang paling hati-hati di pasar, kenyataannya harga saham saat ini sudah berada di bawah target," kata Harsh dalam riset.
Hal ini membuat sulit untuk tetap memiliki pandangan negatif terhadap sektor perbankan, setidaknya dalam jangka pendek.
Namun, pandangan dalam jangka menengah, Harsh menyebut masih ada tantangan terkait likuiditas sistem perbankan masih tetap ada. Masalah ini berpotensi berubah menjadi risiko atas kualitas aset, kecuali ada perubahan mendalam dalam faktor-faktor pendorong arus dana deposito.
"Oleh karena itu, kami mungkin akan melihat pergerakan harga saham yang terikat dalam rentang tertentu selama beberapa kuartal ke depan," ujar Harsh dalam riset. Meskipun ada kemungkinan risiko yang lebih besar atau tidak terduga (tail risk) di masa depan, namun harga saham saat ini sudah memperhitungkan atau mencerminkan kemungkinan tersebut. Namun, menurut pandangan JP Morgan, risiko tersebut tidak akan terjadi dalam waktu dekat atau dalam waktu yang segera.
"Oleh karena itu, kami melakukan upgrade secara taktis terhadap beberapa saham, seperti BMRI yang kami tingkatkan menjadi Neutral dari sebelumnya Underweight," kata Harsh.
Sementara saham BBNI dan BBRI menjadi overweight dari sebelumnya neutral, sementara BBCA tetap mempertahankan dengan rating neutral. JP Morgan hanya menyarankan overweight untuk saham Bank Jago.
Dalam investasi saham, overweight berarti saham tersebut direkomendasikan oleh analis untuk memiliki proporsi yang lebih besar dalam portofolio investor dibandingkan dengan bobotnya di pasar atau indeks acuan, karena diperkirakan akan memberikan kinerja yang lebih baik.
Tonton: Siap-Siap, Perusahaan Tidak Bayar THR akan Disanksi!
Selanjutnya: POWR Terbitkan Surat Utang US$ 350 Juta Guna Tingkatkan Likuiditas
Menarik Dibaca: Menko Pemberdayaan Masyarakat: Kolaborasi UMKM dengan Pemerintah Dorong Ekonomi RI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News