Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham yang masuk kategori multibagger pada 2024 lalu kini berbalik melemah. Investor pun disarankan bersikap cermat jika hendak berinvestasi pada saham-saham seperti itu.
Secara umum, saham multibagger adalah saham yang mampu memberi keuntungan berkali-kali lipat bagi para pemegang sahamnya. Biasanya, saham-saham yang masuk kategori multibagger mampu mencatatkan return lebih dari 100% dari harga belinya.
Bila merujuk Indeks Kompas100, ada beberapa saham anggota indeks ini yang masuk dalam kategori multibagger. Misalnya, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang membukukan kenaikan harga saham 213,21% sepanjang 2024. Namun, harga saham SSIA kini menukik 28,62% year to date (ytd) ke level Rp 925 per saham pada Kamis (13/3).
Baca Juga: Cuan Multibagger yang Bikin Ngiler, Tapi Ekstra Hati-Hati
SSIA sendiri merupakan emiten pengelola kawasan industri yang berlokasi di Karawang dan Subang. Dalam beberapa waktu terakhir, emiten ini sedang gencar mengembangkan proyek kawasan industri Subang Smartpolitan. Salah satu tenant SSIA di kawasan industri tersebut adalah pabrikan otomotif raksasa asal China, BYD. Di sana, BYD sedang melakukan pembangunan pabrik mobil listrik.
Selain itu, ada PT MNC Land Tbk (KPIG) yang mencatatkan kenaikan harga saham 140,32% pada 2024. Namun, memasuki tahun 2025, harga saham KPIG justru anjlok 20,13% ytd ke level Rp 120 per saham pada Kamis (13/3).
Dalam catatan Kontan, KPIG mengelola sejumlah portofolio aset di bidang properti, seperti Park Hyatt Jakarta, The Westin Resort Nusa Dua Bali & Bali International Convention Center (BICC), Oakwood Hotel Surabaya, One East Penthouse & Residence Surabaya, serta Lido Lake Resort. KPIG juga mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) MNC Lido City.
Di sisi lain, ada saham-saham multibagger yang masih bisa melanjutkan tren positifnya pada 2025. Sebagai contoh, PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) yang harga sahamnya melesat 167,91% pada 2024. Lonjakan harga saham WIFI berlanjut pada 2025 yakni mencapai 296,34 ytd ke level Rp 1.935 per saham pada Kamis (13/3).
Baca Juga: Rekomendasi Saham Multibagger yang Naik Ratusan hingga Ribuan Persen pada Tahun 2024
WIFI yang bergerak di bidang infrastruktur telekomunikasi tampak cukup ambisius untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam berita sebelumnya, WIFI menargetkan dapat melayani 40 juta rumah tangga dalam lima tahun ke depan dengan fokus menawarkan internet rakyat.
Akhir tahun lalu, Adik Prabowo Subianto, Hashim S. Djojohadikusumo melalui perusahaannya PT Arsari Sentra Data melakukan pembelian 45% saham PT Investasi Sukses Bersama sebagai induk WIFI dengan status kepemilikan saham tidak langsung. Lewat kepemilikan tersebut, Arsari Sentra Data menggenggam saham WIFI sebesar 22,55% secara tidak langsung.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menyampaikan, penurunan harga yang signifikan pada saham-saham multibagger sebenarnya merupakan hal yang wajar, terutama jika valuasi saham tersebut sudah terlampau tinggi namun tidak dibarengi fundamental yang kuat.
Peluang pemulihan sejumlah saham yang sempat menyandang status multibagger tetap terbuka, tergantung dari faktor-faktor positif yang memengaruhi pasar saham maupun sektor industri emiten yang bersangkutan. Walau begitu, kalaupun terjadi pemulihan harga, agak sulit bagi saham-saham tersebut kembali menjadi multibagger pada 2025.
“Tapi jika hanya mengandalkan faktor fundamental saham itu sendiri, maka sepertinya berat untuk kembali multibagger,” ujar dia, Kamis (13/3).
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menilai, aksi profit taking atau ambil keuntungan yang dilakukan pelaku pasar turut memengaruhi kinerja saham-saham multibagger yang sebagian rontok pada tahun ini.
Baca Juga: Deretan Saham Multibagger Tahun 2024, Ada yang Meroket hingga 4.400%
Dia juga memperkirakan, saham-saham penyandang multibagger pada 2024 tetap bisa kembali meraih pertumbuhan harga yang positif pada 2025, meski tidak serta merta menjadi multibagger lagi. “Kemungkinan kenaikan harganya hanya technical rebound saja,” imbuhnya, Kamis (13/3).
Lebih lanjut, William memprediksi saham-saham yang berpeluang menjadi multibagger pada tahun ini berasal dari sektor perkebunan sawit atau crude palm oil (CPO) dan industri dasar. Alasannya, kinerja keuangannya tergolong positif dan sektor-sektor ini paling tertinggal dalam beberapa tahun terakhir.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengatakan, pada umumnya, saham-saham yang masuk jajaran multibagger adalah saham-saham second liner atau third liner yang memiliki peristiwa seperti akuisisi dan merger, sehingga jadi pemantik harga saham emiten tersebut.
Dia mengingat, saham-saham multibagger biasanya memiliki risiko tinggi dan seringkali overvalued. Alhasil, investor yang mau berinvestasi pada saham-saham seperti ini jelas harus memahami berbagai risiko di pasar.
Baca Juga: Mengintip Rahasia Warren Buffett Bertahan di Pasar Saham Tahun 2025
“Saya sendiri tidak merekomendasikan saham seperti emiten second liner dan third liner karena dalam investasi harus memikirkan risiko di dalamnya,” ungkap dia, Kamis (13/3).
Senada, Sukarno menilai, investor yang mau masuk ke saham multibagger harus benar-benar paham terkait aspek fundamental dan prospek jangka panjang saham tersebut, termasuk potensi dividen yang bakal didapat pemegang saham.
Selanjutnya: Sambut Mudik Lebaran, Peruri Permudah Layanan Tanda Tangan Digital
Menarik Dibaca: Daftar Buah Tinggi Kandungan Air, Konsumsi agar Tidak Dehidrasi saat Puasa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News