Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Salah satu saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami peningkatan harga pesat sejak awal tahun 2024. Sejumlah analis rekomendasi beli saham blue chip tersebut karena kenaikan harga masih bisa berlanjut.
Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa efek karena memiliki fundamental kuat dan kapitalisasi pasar besar yang mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.
Di BEI, saham lapis satu biasanya dikelompokkan dalam Indeks LQ45. Saham lapis satu yang mengalami kenaikan harga tinggi itu adalah saham PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Pada perdagangan Kamis 1 Februari 2024, harga saham EXCL ditutup di level 2.300, turun 20 poin atau 0,86% dibandingkan sehari sebelumnya. Namun sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), harga saham EXCL menguat 300 poin atau 15%.
Oleh karena itu, meski harga saham EXCL sempat melemah, banyak analis rekomendasi beli saham EXCL. Research Analyst MNC Sekuritas, Vera merekomendasikan Buy saham EXCL dengan target harga sebesar Rp 2.700 per saham.
Analis Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy rekomendasi Trading Buy saham EXCL dengan target harga sebesar Rp 2.450 per saham. Target harga ini sedikit lebih rendah dibandingkan sebelumnya karena adanya pemeringkatan ulang yang mempertimbangkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis merekomendasikan Buy saham EXCL dengan target harga sebesar Rp 3.000 per saham. EXCL dinilai memiliki jaringan yang kompetitif, cengkeraman yang kuat pada sub-basisnya, serta manfaat signifikandari potensi merger bersama.
Rekomendasi para analis tersebut lantaran ada banyak sentimen positif yang akan menghampiri EXCL. Salah satnya, potensi merger dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN).
EXCL bersama FREN dapat memberikan persaingan yang kompetitif di industri telekomunikasi.
Research Analyst MNC Sekuritas, Vera mengatakan, narasi yang beredar sejak tahun 2021, akhir-akhir ini semakin santer didengar karena manajemen kedua belah pihak telah terlibat dalam diskusi mengenai potensi penggabungan usaha.
Usulan tersebut sejalan dengan tujuan strategis yang ditetapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) guna menumbuhkan daya saing yang lebih menguntungkan dalam industri telekomunikasi, dengan sengaja menyatukan dan mengurangi pemain utama menjadi tiga.
Vera menuturkan, merger EXCL dan FREN dapat membuka jalan bagi Trifecta yakni persaingan diantara 3 pihak di industri telekomunikasi.
Seperti diketahui, lanskap telekomunikasi Indonesia saat ini memiliki empat pemain utama operator seluler yang terdiri dari Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison (hasil merger antara Indosat Ooredoo dan Tri Hutchison), XL Axiata, dan Smartfren.
“Penggabungan yang diharapkan akan memberikan banyak manfaat kompetitif bagi XL Axiata dan Smartfren,” ungkap Vera dalam riset 21 Desember 2023.
Vera menjelaskan, total pelanggan kolaborasi EXCL dan FREN ini akan bertambah hingga 93,7 juta, jika mengacu kinerja per kuartal III-2023. Sehingga, ini memungkinkan persaingan yang sebanding dengan Indosat Ooredoo Hutchison (99,4 juta) dan Telkomsel (158,3 juta pelanggan).
Baca Juga: Smartfren Telecom (FREN) Bakal Gelar Rights Issue, Ini Kata Analis
Selain itu, kombinasi tersebut akan menjadi solusi alternatif bagi kedua perusahaan untuk memegang total pangsa pasar spektrum sebesar 34%, dibandingkan dengan 37% oleh Telkomsel dan 30% oleh Indosat Ooredoo Hutchison.
Sejak awal tahun 2023, EXCL telah mengumpulkan pelanggannya secara signifikan dan meningkatkan ARPU mereka menjadi kisaran Rp 42.000. Hal ini menghasilkan perkiraan pertumbuhan sekitar 13,9% EBITDA untuk tahun 2023.
Selain itu, Vera menilai bahwa dengan prospek rencana merger yang akan datang, EXCL tampaknya mengalami peningkatan pertumbuhan bisnis. Sehingga pendapatan emiten telko tersebut diproyeksikan tumbuh sebesar 8,9% dan EV/EBITDA 4,8x untuk tahun 2024.
Hingga triwulan ketiga tahun 2023 lalu, pendapatan EXCL tumbuh 10,5% secara tahunan (year on year/ YoY) menjadi Rp 23,9 triliun. Pertumbuhan pendapatan EXCL diikuti laba bersih yang naik 3,1% YoY menjadi Rp 1 triliun pada periode tersebut.
Adapun pada periode kumulatif selama Januari – September 2023, Average Revenue Per User (ARPU) Gabungan atau Rerata Pendapatan Per Pengguna EXCL tercatat sekitar Rp 42.000 dan memiliki jumlah pelanggan sebesar 57,5 juta. Ini menandakan adanya peningkatan masing-masing sebesar 9% dan 0,2% YoY.
Analis Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy menyoroti, jumlah pelanggan EXCL itu mencerminkan ekspansi perusahaan telah meliputi sekitar 20% dari total 270 juta jiwa masyarakat Indonesia. Sementara, ARPU konsolidasi pengguna prabayar dan pascabayar tetap dipertahankan sekitar Rp 41 ribu.
Robertus menilai, meski berada di peringkat ketiga di belakang Telkomsel dan Indosat dalam jumlah pelanggan seluler, EXCL cukup tangguh dengan ekspansi dan inovasinya di segmen bisnis fixed broadband dan IT managed service masing-masing melalui XL Home dan Hypernet.
Selain itu, rencana perusahaan untuk mengkonsolidasikan basis pengguna Link Net dengan perjanjian grosir infrastruktur dan kemungkinan berkonsolidasi dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dapat meningkatkan nilai karena potensi penambahan pendapatan anorganik.
“Kami melihat EXCL cukup tangguh dengan ekspansi dan inovasinya di bisnis fixed broadband dan IT managed service,” jelas Robertus kepada Kontan.co.id, Kamis (1/2).
Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis mengatakan, katalis bagi EXCL dapat terbuka dari potensi Linknet menerima pendanaan baru yang akan membuka peluang pengembangan homepass baru untuk segmen bisnis fixed broadband.
Kondisi tersebut akan memicu pengalihan penjualan langganan First Media ke EXCL, sehingga akan membantu EXCL mencapai basis pelanggan dan pendapatan yang lebih baik.
Baca Juga: Kinerja XL Axiata (EXCL) Bakal Terdorong Potensi Merger, Cek Rekomendasi Sahamnya
Seperti diketahui, PT Link Net Tbk (LINK) yang 20% sahamnya dimiliki oleh EXCL tengah menargetkan perolehan dana sebesar US$ 450-500 juta dari investor pihak ketiga untuk memperluas cakupan fiberisasi dan membangun homepass (HP) baru.
Jika ini terwujud, BRI Danareksa Sekuritas yakin pendanaan ini akan memungkinkan LINK untuk berubah secara drastis menjadi Perusahaan Infrastruktur dengan melaksanakan rencana peluncuran Fiber To The Home (FTTH) Home Passed, serta mengalihkan 750 ribu pelanggan First Media (FM) ke ServeCo XL Axiata.
Berdasarkan skenario ini, kita mungkin melihat lonjakan pendapatan Fixed Broadband XL diperkirakan sekitar Rp 3 triliun, yang digabungkan dengan sewa finansial terkait Home Pass, semestinya dapat menambah laba bersihnya.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dari MNC Sekuritas untuk Hari Ini (1/2)
“Katalis dapat terbuka, jika Linknet menerima pendanaan baru yang seharusnya membuka kunci pengembangan homepass baru untuk fixed broadband,” ungkap Niko dalam riset 31 Januari 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News