kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga nikel stabil, ini rekomendasi analis untuk saham ANTM dan INCO


Senin, 29 Juli 2019 / 17:52 WIB
Harga nikel stabil, ini rekomendasi analis untuk saham ANTM dan INCO


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stabilnya harga komoditas nikel diproyeksikan oleh para analis akan menjadi sentimen positif pendorong emiten terkait. Meski begitu pengaruhnya cenderung terbatas.

Seperti misalnya hari ini. Menyitir data Bloomberg Nickel Subindex, harga nikel turun tipis 0,65 basis poin atau sekitar 0,47%. Ketika berita ini ditulis harga nikel menyentuh level US$ 135,86.

Baca Juga: Indomobil Multi Jasa (IMJS) optimis catatkan performa positif di semester I-2019

Sebagaimana diketahui, setidaknya ada dua emiten di pasar modal yang mengeruk cuan dari tambang nikel yakni PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM, anggota indeks Kompas100) dan PT Vale Indonesia tbk (INCO, anggota indeks Kompas100).

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Raditya mengatakan meski menguat, yang harus diperhatikan dari harga nikel adalah pertumbuhan yang menurut dirinya tak terlalu mengesankan.

“Harga nikel menguat sebab supply cukup tertekan. Pun dari demand-nya juga segitu-gitu saja,” katanya kepada Kontan.co.id, Senin (29/7).

Menurut Thomas meski sentimennya bernada positif, tapi hal itu tidak akan mendorong kinerja harga sahamnya terlalu kuat. Menurutnya, harga dan prospek saham INCO akan lebih terpengaruh dari sisi kinerjanya.

Baca Juga: Arwana Citramulia (ARNA) catatkan peningkatan penjualan di semester I-2019

Asal tahu saja, produksi nikel INCO di semester satu tahun ini hanya mencapai 30.711 metrik ton. Angka itu lebih rendah dari produksi di semester satu tahun lalu yang mencapai 36.034 metrik ton. “Dari realisasinya, pun pendapatan tumbuh pasti tidak akan tumbuh terlalu signifikan,” tandas Thomas.

Senada dengan Thomas, analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas memroyeksikan kinerja INCO di kuartal dua tahun ini masih cenderung biasa-biasa saja. “Apalagi di kuartal satu pendapatannya turun karena volume yang dijual juga turun,” ujar Sukarno di waktu yang sama.

Kedua analis itu sepakat, satu-satunya yang bisa mendorong saham INCO adalah peningkatan volume penjualan dan produksi oleh perusahaan. Masalahnya, sudah 15 tahun terakhir, pabrik tambang nikel melakukan major shutdown pada bulan April atau setiap semester pertama.

Praktis, hal tersebut selalu menekan produksi nikel INCO. “Kecuali harga nikel mengalami penguatan yang signifikan ya,” tambah Sukarno.

Baca Juga: Pendapatan turun, Andira Agro (ANDI) torehkan laba Rp 10,12 miliar di semester I-2019

Sedangkan Thomas mengatakan perkembangan rencana divestasi saham INCO ke Inalum bisa menjadi sentimen eksternal yang positif. “Progressnya bagus ya dan pembicaraan masih jalan terus. Jadi bukan tidak mungkin akan terealisasi,” katanya.

Angin segar lebih banyak menerpa ANTM. Menurut Thomas, produksi feronikel dan nikel ANTM ia proyeksikan bisa mengalami kenaikan cukup signifikan pada tahun ini. Beroperasinya satu pabrik nikel milik ANTM ia bilang bisa menyokong produksi dan penjualan.

Catatan Thomas menghitung setidaknya penjualan feronikel serta nikel ANTM akan mengalami kenaikan pada tahun ini. Tahun lalu, ANTM menjual 24.135 ton feronikel dan 6,33 juta ton nikel. “Tahun ini saya proyeksikan bisa mencapai 26.730 ton feronikel dan 7,6 juta ton nikel,” kata Thomas.

Data terakhir produksi feronikel ANTM sudah mencapai 10.736 ton nikel per Mei 2019 lalu. Sedangkan penjualannya mencapai 10.728 ton nikel. Untuk biji nikel, produksi ANTM telah mencapai 3,98 juta wmt dengan penjualan sebesar 3,11 juta wmt.

Baca Juga: Semester I-2019, laba bersih Kirana Megatara (KMTR) turun 7,26% jadi Rp 48,01 miliar

Sukarno mengatakan momentum puncak bagi emiten penambang nikel akan datang di kuartal ketiga. “Tren selama ini menunjukkan penguatan harga nikel secara optimal bisa terjadi di kuartal tiga,” ujarnya.

Meski begitu, ketidakpastian global masih membayangi pergerakan harga nikel. Sehingga bukan tidak mungkin hal itu akan merembet kepada kinerja INCO dan ANTM.

“Untuk nikel porsi penjualan ekspor mereka masih cukup besar, sehingga wajar bila perang dagang masih berpotensi menjadi hantu,” tutur Thomas.

Walau banyak faktor-faktor yang bisa menjegal, lini bisnis INCO dan ANTM masih cukup prospektif. Sukarno merekomendasikan saham ANTM dengan target harga 1.100. Sedangkan untuk INCO dengan target harga di level 3.580.

Baca Juga: Penjualan Cikarang Listrindo (POWR) ditopang permintaan listrik kawasan industri

Thomas merekomendasikan INCO dengan target harga 3350. Sedangkan saham ANTM di level 1150. “Masih bisa lebih tinggi seiring dengan realisasi kerja semester satu nanti,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×