CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.509.000   -5.000   -0,33%
  • USD/IDR 15.905   -55,00   -0,35%
  • IDX 7.047   -67,28   -0,95%
  • KOMPAS100 1.072   -14,11   -1,30%
  • LQ45 844   -12,96   -1,51%
  • ISSI 217   -0,77   -0,35%
  • IDX30 431   -7,34   -1,67%
  • IDXHIDIV20 519   -7,43   -1,41%
  • IDX80 123   -1,72   -1,38%
  • IDXV30 127   0,06   0,05%
  • IDXQ30 144   -1,74   -1,19%

Harga nikel melaju akibat isu pemangkasan produksi


Senin, 07 Desember 2015 / 17:58 WIB
Harga nikel melaju akibat isu pemangkasan produksi


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga nikel mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak hampir dua bulan terakhir setelah adanya isu pemangkasan produksi. Potensi kenaikan suku bunga The Fed menjadi tantangan nikel tahun ini, namun prospeknya bisa lebih cerah di tahun 2016.

Mengutip Bloomberg, Senin (7/12) pukul 10.46 WIB, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,72% dari penutupan akhir pekan lalu ke level US$ 9.045 per metrik ton. Pada sepekan lalu, harga nikel menanjak 2,3% atau angka kenaikan mingguan tertinggi sejak 9 Oktober.

Naiknya harga nikel menyusul adanya laporan bahwa salah satu produsen nikel, Eramet SA akan memangkas produksi. Eramet berencana mengakhiri produksi nikel matte di New Caledonia lantaran rendahnya harga jual. Rencana ini mengikuti kesepakatan para produsen China untuk memangkas produksi nikel minimal 20% tahun depan.

“Serangkaian laporan tentang pemotongan produksi telah meningkatkan sentimen pasar,” ujar Hu Ziqi, analis nikel berbasis Shanghai di BOC International Futures Co, seperti dikutip Bloomberg.

Pengamat Komoditas SoeGee Futures, Ibrahim mengatakan, pemangkasan produksi memang perlu dilakukan di tengah pergerakan harga yang terus tertekan. Perlambatan ekonomi membuat permintaan nikel China terus berkurang. “Oleh karena itu, di sisi lain banyak negara produsen yang akhirnya mengurangi produksi,” paparnya.

Untuk meningkatkan ekonomi, China pun terus menggelontorkan stimulus moneter. Namun, dampak stimulus China memang belum terasa signifikan. Data manufaktur Negeri Panda bulan November masih berada di bawah angka 50 meski menunjukkan sedikit perbaikan. Ibrahim menduga, China akan kembali memberikan stimulus jika data neraca perdagangan per November yang dirilis pekan ini lebih besar dari proyeksi.

Kenaikan suku bunga The Fed akhir tahun ini akan menjadi tantangan bagi harga nikel. Jika The Fed akhirnya menaikkan suku bunga, Ibrahim menduga harga nikel akan berada di kisaran US$ 8.000 per metrik ton. Sementara jika kenaikan suku bunga ditunda, nikel bisa melaju hingga US$ 9.500 per metrik ton.

Gubernur The Fed Janet Yellen kembali member isyarat kenaikan suku bunga.Namun naiknya suku bunga akan dilakukan secara bertahap dan pelan-pelan. Hal ini disambut positif oleh pasar sehingga turut mendukung kenaikan harga nikel dalam jangka pendek. Data penambahan tenaga kerja AS bulan November pun naik 211.000 atau lebih besar dari proyeksi sebanyak 201.000.

Tahun depan, Ibrahim optimistis harga nikel akan mengalami perbaikan. Apalagi, tak hanya China yang terus mendorong ekonomi dengan stimulus. Negara Eropa juga terus menggelontorkan stimulus ekonomi.

Jika ekonomi di negara China dan Eropa membaik, maka permintaan nikel pun berpeluang naik. Di semester pertama tahun depan, Ibrahim memperkirakan harga nikel bisa menyentuh angka US$ 10.000 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×