Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas tambang logam turun cukup tajam di kuartal kedua 2023. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap menyebut, harga nikel London Metal Exchange (LME) dan harga nickel pig iron (NPI) serta harga kobalt Shanghai masing-masing turun sebesar 14,1%, 18,0%, dan 14,1% secara kuartalan.
Juan meyakini, penurunan tersebut disebabkan oleh kombinasi dari pemulihan ekonomi China yang lebih lambat dari yang diperkirakan, yang menyebabkan penurunan permintaan baja anti karat alias stainless steel.
Di sisi lain, pasar dihadapkan dengan besarnya pasokan nikel menyusul lancarnya pembangunan pabrik smelter nikel di Indonesia.
Samuel Sekuritas merevisi perkiraan harga nikel tahun ini menjadi US$ 22.500 per ton dari sebelumnya US$ 23.500 per ton. Samuel Sekuritas juga menurunkan perkiraan harga NPI dan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) masing-masing sebesar 11,3% dan 17,0%.
Baca Juga: Energi Baru Terbarukan (EBT) Menjanjikan, Emiten Berlomba-lomba Garap Segmen Ini
Penurunan harga nikel dan turunannya diyakini bakal berdampak pada penurunan kinerja emiten nikel, salah satunya PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).
Juan memperkirakan pendapatan NCKL akan menurun di kuartal kedua 2023, meski ada kenaikan angka produksi yang didukung tingkat utilisasi yang lebih tinggi di smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure. Acid Leach (HPAL).
Namun, dia memperkirakan NCKL akan mencetak performa lebih baik di semester kedua 2023 didukung oleh sejumlah faktor.
Pertama, tiga lini produksi baru di proyek RKEF NCKL diperkirakan akan beroperasi dengan kapasitas penuh pada periode paruh kedua 2023.
Kedua, pada April 2023, NCKL mulai mengonversi MHP menjadi nikel sulfat, dan pada Juni 2023 mulai memproduksi kobalt sulfat. Proses konversi ini akan memberikan tambahan US$ 1.000 per ton, yang memberikan margin yang lebih baik bagi NCKL.
Penurunan harga nikel juga akan berdampak pada kinerja PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
“Jika ditinjau dari sisi segmentasi revenue, proporsi nikel untuk MDKA lebih besar dibanding dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM),” terang Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario, Senin (24/7).
Baca Juga: Perkembangan Pembangunan Smelter 5 Perusahaan yang Kantongi Relaksasi Ekspor
Alif mengatakan, dirinya tidak melihat upside signifikan terkait nikel dan komoditas MDKA lainnya yakni tembaga. Dari sisi pasokan (supply), kedua komoditas ini tetap lancar. “Namun permintaan dari China masih loyo,” kata Alif.
Dus, proyeksi dia, harga nikel kemungkinan besar berada di rentang pergerakan US$ 20.510 per ton sampai dengan US$ 20.750 per ton. Sedangkan tembaga diproyeksi berada di rentang US$ 8.380 per ton sampai US$ 8.410 per ton.
Meski harga NPI terkoreksi, analis CGS CIMB Sekuritas Ryan Winipta mencatat pelemahan ini tidak berdampak banyak pada saham emiten nikel di Indonesia. Meskipun, mayoritas produksi nikel di Indonesia adalah dalam bentuk NPI atau feronikel (FeNi).
Sebab, menurut Ryan, harga saham emiten nikel masih mengikuti pergerakan harga nikel di LME. Namun, pasar akan mulai menyadari dampak pelemahan harga NPI/feronikel (FeNi) saat emiten nikel melaporkan hasil kinerja kuartalan.
Dari tiga emiten nikel di bawah cakupan analisisnya, Ryan menilai NCKL memiliki sensitivitas tertinggi terhadap perubahan harga nickel pig iron/feronikel. Berdasarkan perkiraan Ryan, setiap perubahan 1% harga feronikel, akan menyebabkan perubahan laba bersih NCKL sebesar 2,9%.
NCKL lebih sensitif terhadap pergerakan harga Feronikel dibandingkan pergerakan harga mixed hydroxide precipitate (MHP). Sebab, MHP milik NCKL diproduksi oleh Halmahera Persada Lygend dimana NCKL memiliki 45,1% kepemilikan. Sementara penjualan feronikel dikonsolidasikan dalam laporan keuangan emiten Grup Harita ini.
Baca Juga: Inflasi AS Mereda Jadi Sinyal Hijau IHSG? Cermati Saham Pilihan Analis
Di posisi kedua ada ANTM, dimana perubahan 1% harga feronikel akan berdampak 1,2% terhadap laba bersih.
Kemudian, diikuti oleh PT Harum Energy Tbk (HRUM), dimana perubahan 1% harga feronikel akan berdampak 1,1% terhadap laba bersih. Eksposur HRUM terhadap NPI hanya terjadi lewat kepemilikannya di perusahaan asosiasi yakni PT Infei Metal Industry, yang merupakan perusahaan tertutup.
Ryan mempertahankan rating overweight di sektor pertambangan nikel. Dia merekomendasikan add saham ANTM dengan target harga Rp 2.700, add saham HRUM dengan target harga Rp 2.280, dan add saham NCKL dengan target harga Rp 1.200.
“Risiko rating ini diantaranya lambatnya pemulihan permintaan dan situasi ekonomi makro global yang memburuk,” kata Ryan.
Baca Juga: Ogah Cuma Jadi Tukang Gali Tambang, Pemerintah Tetap Larang Ekspor Mineral Mentah
Sementara itu, Juan masih mempertahankan rekomendasi buy saham NCKL, meskipun dengan target harga yang lebih rendah yakni Rp 1.100 per saham dari sebelumnya Rp 1.500 per saham.
Seiring dengan asumsi penurunan harga nikel dan turunannya, Juan memutuskan untuk menurunkan proyeksi laba bersih NCKL di 2023 dan 2024 sebesar 32,1% dan 26,7%. Dus, pada tahun ini NCKL diproyeksi membukukan laba bersih Rp 4,96 triliun dan sebesar Rp 7,93 triliun pada tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News