Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca rilis sejumlah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang cenderung melemah, Bitcoin dan sejumlah aset kripto lainnya malah makin berjaya. Itu disebut menjadi tanda bahwa investor mulai melihat kripto sebagai aset lindung nilai.
Bitcoin dan sejumlah koin kripto lain masih melanjuti penguatan harganya sejak pekan lalu. Per Kamis (1/ 5) pukul 22.35 WIB, Bitcoin (BTC) dibanderol di level US$ 97.267, naik hingga 3,44% secara harian dan 4,17% secara mingguan.
Tak jauh berbeda, koin-koin lain juga ikut naik harga. Ethereum di waktu yang sama mencapai level US$ 1.867 naik 5,83% secara harian, XRP di level US$ 2,25, naik 4,19% secara harian, dan Solana di level US$153, naik 7,83% secara harian.
Baca Juga: Prospeknya Bullish, Koin-Koin Apa Saja yang Menarik Diperhatikan?
Peningkatan harga koin-koin kripto ini terjadi meski situasi geopolitik global masih memanas dan data ekonomi AS cenderung suram.
Dari sisi geopolitik, Pakistan mengeklaim bahwa India sedang mempersiapkan serangan militer ke wilayahnya, menyusul insiden teror yang menewaskan 26 orang di Kashmir pekan lalu.
Sementara itu, Indeks Manufaktur Dallas Fed anjlok tajam ke -35,8 dari -16,3 di bulan sebelumnya, mencatatkan level terburuk sejak pandemi COVID-19. Itu terjadi seiring ketidakpastian yang meningkat akibat kebijakan tarif Presiden Trump terhadap China.
Analis Reku Fahmi Almuttaqin menyoroti fenomena penguatan aset-aset kripto dalam situasi global yang masih tak pasti ini sebagai sinyal positif bagi aset kripto di masa depan.
“Jika tren ini terus berlanjut, Bitcoin berpotensi menarik arus modal lebih besar dari investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian global. Bitcoin semakin dipandang sebagai aset lindung nilai yang solid, serupa dengan emas,” papar Fahmi dalam keterangan tertulis, Rabu (30/4).
Baca Juga: Lesunya Dolar AS Untungkan Pasar Kripto?
Dus, Fahmi bilang potensi aset kripto ini bisa dimanfaatkan baik oleh investor berpengalaman maupun pemula.
Investor pemula bisa mencoba mengeksplorasi komposisi yang tepat untuk portofolionya. Nah, itu bisa dilakukan dengan menerapkan strategi akumulasi seperti dollar cost averaging (DCA). DCA sendiri bisa dilakukan dengan memanfaatkan fitur pada platform kripto digital seperti Reku.
Sementara untuk investor dengan toleransi yang lebih tinggi terhadap risiko, altcoin bisa mulai dijadikan pilihan agar aset lebih beragam dan potensi keuntungan di masa depan bisa lebih optimal.
Untuk menguji ketahanan kripto dalam ketidakpastian global, Fahmi bilang investor dapat memantau laporan tenaga kerja AS yang akan dirilis pada 2 Mei besok. Pasalnya, data itu akan menjadi salah satu penentu arah suku bunga The Fed.
“Meskipun kemungkinan The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan 7 Mei mendatang, tingkat inflasi yang lebih tinggi mungkin akan meningkatkan kekhawatiran investor yang dapat berdampak pada kembali melemahnya pasar kripto,” pungkas Fahmi.
Baca Juga: Aset Kripto Menguat Didukung Redanya Tensi Perang Dagang dan Status Emas Digital
Selanjutnya: Ketua Umum KSPSI Minta Pemerintah Ratifikasi Konvensi ILO 188
Menarik Dibaca: Promo Guardian Super Hemat 1-14 Mei 2025, Tambah Rp 1.000 Dapat 2 Serum Somethinc
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News