kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.917.000   -7.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.220   -84,00   -0,52%
  • IDX 7.893   101,21   1,30%
  • KOMPAS100 1.117   11,96   1,08%
  • LQ45 830   6,60   0,80%
  • ISSI 263   5,24   2,03%
  • IDX30 429   3,31   0,78%
  • IDXHIDIV20 492   4,68   0,96%
  • IDX80 124   0,93   0,75%
  • IDXV30 128   0,92   0,73%
  • IDXQ30 138   1,74   1,27%

Beban Operasional Chandra Asri Pacific (TPIA) Membengkak, Cek Rekomendasi Sahamnya


Kamis, 14 Agustus 2025 / 06:00 WIB
Beban Operasional Chandra Asri Pacific (TPIA) Membengkak, Cek Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) di bidang infrastruktur, pelabuhan dan perkapalan. Foto Dok. CDIA. Chandra Asri Pacific (TPIA) unjuk pertumbuhan kinerja selama semester I 2025. Simak rekomendasi sahamnya.


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) unjuk pertumbuhan kinerja selama semester I 2025. Meski demikian, sejumlah analis menilai hal itu berkat kontribusi non operasional.

Mengutip laporan kinerjanya, emiten milik taipan Prajogo Pangestu ini berhasil membalik rugi US$ 46,62 juta menjadi laba sebesar US$ 1,61 miliar. Pendapatannya juga ikut terangkat dari US$ 866,49 juta menjadi US$ 2,92 miliar.

Direktur sekaligus Chief Financial Officer TPIA, Andre Kohr mengatakan, hal ini berkat akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd (Aster) dari Shell pada 1 April 2025 lalu. Dus, tindakan ini mendorong TPIA untuk merambah bisnis kilang.

“Kontributor utama pencapaian ini adalah pencatatan keuntungan dari pembelian dengan harga rendah (bargain purchase accounting) atau negative goodwill yang berasal dari akuisisi tersebut,” ungkap Andre dalam Keterbukaan Informasi, (31/7/2025).

Dari akuisisi ini, TPIA mengantongi keuntungan senilai US$ 1,75 miliar.

Baca Juga: Harga Batubara Rawan Melemah, Simak Rekomendasi Saham PTBA

Meski demikian, aksi korporasi tersebut membuat beban pokok pendapatan TPIA membengkak dari US$ 853,64 juta menjadi US$ 3,02 miliar. 

Hal ini terjadi lantaran TPIA mengintegrasikan nilai barang jadi yang dimiliki Aster sebesar US$ 455,25 juta ke dalam beban pokok pendapatannya.

Di samping itu, TPIA juga mencatat lonjakan bahan baku yang digunakan, yakni dari sebesar US$ 610,63 juta ke US$ 2,09 miliar.

Emiten petrokimia ini juga terpantau mesti merogoh kocek lebih untuk menutup biaya pabrikasi sebesar US$ 207,96 juta dari semula US$ 104,54 juta.

Belum selesai di situ, beban keuangan TPIA pun tampak mengembung 39,60% YoY dari US$ 77,22 juta menjadi US$ 107,80 juta. Ini terjadi akibat beban bunga utang kepada bank yang sebelumnya US$ 36,84 juta, menjadi US$ 72,99 juta.

Alhasil, TPIA menderita rugi kotor sebesar US$ 99,51 juta. Padahal setahun sebelumnya, TPIA mampu menghasilkan laba kotor senilai US$ 12,84 juta.

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan melihat, bisnis petrokimia TPIA masih tertekan secara operasional akibat kelebihan pasokan di Asia dan margin produk yang tipis.

TPIA juga menurutnya masih menghadapi tantangan harga bahan baku berbasis naphta, atau bagian tertentu dari hasil penyulingan minyak mentah, yang masih tinggi. Sedangkan, permintaan global belum sepenuhnya pulih.

Sebelum konsolidasi Aster, sebut Ekky, TPIA masih merugi US$ 23,58 juta pada kuartal I 2025. 

“Lonjakan kenaikan laba TPIA bisa dibilang karena keuntungan non operasional,” ucap Ekky.

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi menambahkan, tertekannya margin TPIA akibat harga jual rata-rata produk, khususnya poliolefin, yang turun akibat lemahnya permintaan global dan naiknya harga bahan baku.

Baca Juga: Kinerja Mitra Keluarga (MIKA) Positif di Semester I-2025, Cek Rekomendasi Analis

“Utilisasi pabrik juga turun ke 88% karena maintenance dan demand global yang lagi rendah,” jelas Wafi.

Maka, TPIA menurut Wafi mesti meningkatkan pemakaian kapasitas pabrik supaya produksi naik dan biaya per unit lebih efisien. TPIA juga perlu mencari bahan baku yang lebih murah atau kontrak jangka panjang yang lebih stabil. 

“Tingkatkan kontribusi produk dengan value added dan margin yang lebih tinggi, juga tambah pangsa pasar ekspor baru seperti ke Asia Tenggara atau India,” sarannya.

Ke depan, prospek TPIA kata Ekky masih bergantung pada keberhasilan integrasi Aster dan perbaikan operasional.

Sentimen positif yang bisa mendorong kinerja TPIA menurutnya bisa datang dari peningkatan kapasitas aset baru yang dimilikinya, hasil ekspansi dengan mengakuisisi pabrik plastik, dan posisi kas TPIA yang kuat. 

“Risiko terbesar adalah siklus petrokimia global yang masih lemah dan potensi tekanan biaya dari aset berumur tua di Singapura,” imbuh Ekky. 

Dengan begitu, Ekky masih mempertahankan wait and see terhadap saham TPIA. 

Adapun menurut Wafi, valuasi TPIA saat ini relatif mahal dengan price to book value 8,7 kali. Dengan begitu, investor disarankan untuk mulai masuk di sekitar Rp 8.500 ke saham TPIA.

Baca Juga: Marketing Sales Emiten Aguan PANI dan CBDK Lesu, Cek Rekomendasi Analis

Selanjutnya: Jalur Penguatan Saham Sektor Infrastruktur

Menarik Dibaca: Promo Genki Sushi Paket Rame-Rame Agustus 2025, 8 Jenis Sushi Harga Spesial

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×