kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.609.000   -2.000   -0,12%
  • USD/IDR 16.175   0,00   0,00%
  • IDX 7.166   -66,59   -0,92%
  • KOMPAS100 1.055   -9,60   -0,90%
  • LQ45 831   -12,11   -1,44%
  • ISSI 214   0,13   0,06%
  • IDX30 427   -6,80   -1,57%
  • IDXHIDIV20 512   -6,51   -1,26%
  • IDX80 120   -1,15   -0,95%
  • IDXV30 123   -0,75   -0,60%
  • IDXQ30 140   -2,07   -1,45%

Harga Minyak Turun pada Senin (27/1), Melanjutkan Pelemahan Sepekan Lalu


Senin, 27 Januari 2025 / 07:36 WIB
Harga Minyak Turun pada Senin (27/1), Melanjutkan Pelemahan Sepekan Lalu
ILUSTRASI. Harga minyak melemah di awal pekan ini, melanjutkan pelemahan yang terjadi pekan lalu. REUTERS/Dado Ruvic


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melemah di awal pekan ini, melanjutkan pelemahan yang terjadi pekan lalu.

Senin (27/1) pukul 7.23 WIB, harga minyak WTI kontrak Maret 2025 di New York Mercantile Exchange turun 0,67% ke US$ 74,16 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Maret 2025 di ICE Futures turun 0,56% ke US$ 78,06 per barel.

Pekan lalu, harga minyak mencatat penurunan sepekan. Ini adalah penurunan mingguan pertama setelah kenaikan empat pekan berturut-turut.

Harga minyak tertekan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana besar untuk meningkatkan produksi dalam negeri sambil menuntut OPEC untuk menurunkan harga minyak mentah.

Baca Juga: Naik Sebentar, Harga Shell Super Turun Tipis, Bagaimana Pertamax, BP, Vivo Hari Ini?

Trump juga menyerukan pada OPEC untuk memangkas harga minyak guna merugikan keuangan Rusia yang kaya minyak dan membantu mengakhiri perang di Ukraina.

"Salah satu cara untuk menghentikannya dengan cepat adalah dengan meminta OPEC berhenti menghasilkan begitu banyak uang dan menurunkan harga minyak. Maka perang itu akan segera berakhir," kata Trump seperti dikutip Reuters pekan lalu.

Ancaman sanksi keras AS terhadap Rusia dan Iran, yang merupakan produsen minyak utama, dapat merusak tujuan Trump untuk menurunkan biaya energi, kata analis StoneX Alex Hodes dalam sebuah catatan pada hari Jumat.

"Trump mengetahui hal ini dan telah menekan OPEC untuk menutupi kekosongan yang akan ditimbulkan oleh hal ini," kata Hodes.

Analis komoditas UBS Giovanni Staunovo memperkirakan OPEC akan mengubah kebijakan kecuali ada perubahan fundamental. "Pasar akan relatif tenang sampai kita mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan sanksi dan tarif," ungkap Staunovo.

Baca Juga: Ada Potensi Kelebihan Pasokan di AS, Harga Komoditas Energi Diproyeksi Tertekan

Trump mengumumkan keadaan darurat energi nasional pada hari Senin (20/1) lalu. Dia mencabut pembatasan lingkungan pada infrastruktur energi sebagai bagian dari rencananya untuk memaksimalkan produksi minyak dan gas dalam negeri.

"Pembatalan ini dapat mendukung permintaan minyak tetapi berpotensi memperburuk kelebihan pasokan," kata Nikos Tzabouras, spesialis pasar senior di platform perdagangan Tradu.

Presiden AS berjanji pada hari Rabu untuk memukul Uni Eropa dengan tarif dan mengenakan tarif 25% pada Kanada dan Meksiko. Dia juga mengatakan pemerintahannya sedang mempertimbangkan bea masuk hukuman 10% pada China.

Para pelaku pasar akan menunggu tarif yang kemungkinan akan diluncurkan Februari. Pasalnya ada potensi implikasi negatif bagi pertumbuhan global dan prospek permintaan minyak. Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG mengatakan bahwa harga minyak diperkirakan berkisar antara US$ 76,50 dan US$ 78 per barel.

Selanjutnya: Bekukan Bantuan Luar Negeri, Donald Trump Minta USAID Ikuti Kebijakan America First

Menarik Dibaca: Katalog Promo Alfamart Gantung Periode 27 Januari-2 Februari 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×