Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun dalam dua hari berturut-turut setelah menyentuh level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Pengumuman pemangkasan suku bunga dari Federal Reserve menimbulkan kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi Amerika Serikat (AS). Sementara investor sebagian besar mengabaikan penurunan persediaan minyak mentah yang mereka kaitkan dengan dampak cuaca jangka pendek.
Kamis (19/9) pukul 6.34 WIB, harga minyak WTI kontrak Oktober 2024 di New York Mercantile Exchange turun 0,92% ke US$ 70,26 per barel setelah kemarin melemah 0,39%.
Minyak mentah Brent berjangka untuk November ditutup pada US$ 73,65 per barel pada Rabu (18/9). Harga minyak Brent melemah 0,07% dalam sehari.
Bank sentral AS Federal Reserve memangkas suku bunga setengah poin persentase, penurunan biaya pinjaman yang lebih besar dari yang diharapkan banyak orang. Pemangkasan suku bunga yang lebih besar ini memicu kekhawatiran bahwa bank sentral mungkin melihat pasar kerja yang melambat.
Baca Juga: Sebelum Isi Bensin, Cek Harga BBM Pertamina, Shell, BP dan Vivo Kamis (19/9)
Pemangkasan suku bunga biasanya meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan energi. Tetapi pasar tenaga kerja yang lebih lemah dapat memperlambat ekonomi.
Sementara itu, persediaan minyak mentah turun 1,6 juta barel menjadi 417,5 juta barel dalam minggu yang berakhir pada 13 September, menurut Badan Informasi Energi atau Energy Information Administration (EIA). Penurunan stok minyak AS ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 500.000 barel dalam jajak pendapat Reuters.
Penarikan minyak mentah, yang mengakibatkan persediaan turun ke level terendah dalam setahun, membantu membatasi penurunan harga. Sementara itu, persediaan bensin dan sulingan sedikit meningkat minggu lalu.
"Meskipun laporan EIA lebih mendukung harga minyak daripada angka American Petroleum Institute hari Selasa, investor kemungkinan menghubungkan penarikan tersebut dengan Badai Francine, sebuah peristiwa yang berlangsung singkat," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di bank Mizuho seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun untuk Pertama Kalinya dalam 3 Hari Jelang Keputusan The Fed
Dia mengatakan bahwa penurunan akibat efek badai adalah bahwa angka-angka tersebut cenderung menjadi bumerang kembali ke arah yang berlawanan dalam laporan minggu berikutnya, setelah infrastruktur minyak kembali beroperasi.
Harga minyak Brent telah menunjukkan pemulihan sejak 10 September ketika jatuh di bawah US$ 70 ke level terendah sejak Desember 2021. Harga minyak Brent menghadapi resistensi di sekitar US$ 75 karena margin kilang global yang lemah yang menandakan permintaan yang lesu.
Pada awal sesi, minyak mendapat dukungan dari risiko meningkatnya kekerasan di Timur Tengah yang mengganggu pasokan. Hizbullah menuduh Israel menyerang kelompok militan itu di Lebanon. Hizbullah berjanji untuk membalas terhadap Israel, yang militernya menolak mengomentari ledakan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News