Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak dunia tumbang pada Senin (5/2) waktu Amerika Serikat, menyusul kejatuhan pasar saham dan obligasi. Aksi jual di pasar saham memicu kekhawatiran permintaan energi bakal ikut melemah, apalagi di tengah peningkatan produksi minyak mentah di Negeri Paman Sam.
Mengutip Bloomberg, Senin, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Maret di Nymex ditutup turun US$ 1,30 ke level US$ 64,15 per barel. Di pasar Asia, kontrak yang sama lanjut turun ke posisi US$ 63,59 sebarel pada Selasa (6/2) pukul 07.39 WIB.
Sementara, minyak mentah Brent untuk penyelesaian April di ICE Futures Europe tergerus 96 sen menjadi US$ 67,62.
"Penurunan harga minyak menular dari kejatuhan pasar keuangan, dan terutama pasar saham. Investor khawatir bahwa permintaan mungkin tidak sekuat beberapa kuartal sebelumnya, karena orang-orang sudah mengantisipasi," kata Michael Lynch, Presiden Strategic Energy & Economic Research di Winchester, seperti dilansir Bloomberg, Selasa.
Sebagai gambaran, ketiga indeks saham di Wall Street anjlok pada perdagangan Senin. Indeks S&P 500 bahkan mencatat penurunan harian tertajam sejak 2011 silam.
Di sisi lain, ada indikasi pasokan minyak di pasar global bakal melonjak. Pasalnya, AS terus menggejot produksi minyak mentah. Ini terlihat dari peningkatan jumlah rig yang dioperasikan di sana. Baker Hughes melaporkan, produsen minyak di AS menambah enam unit rig menjadi 765 per pekan lalu. Ini jumlah tertinggi sejak Agustus 2017.
Pada November lalu, jumlah produksi minyak mentah di AS sudah menembus 10 juta barel per hari. Ini yang tertinggi dalam lebih dari empat dekade.
"Ada lebih banyak pasokan minyak mentah yang masuk ke pasar, di saat kilang penyulingan sedang fase pemeliharaan. Kita akan melihat sebuah penurunan permintaan global, yang akan menurunkan harga minyak, hari ini," ujar John Kidulf dari Again Capital LLC.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News