kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga minyak tergelincir setelah melompat lebih dari 1%


Rabu, 19 September 2018 / 07:27 WIB
Harga minyak tergelincir setelah melompat lebih dari 1%
ILUSTRASI. Pengeboran minyak di Iran


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak pagi ini cenderung datar setelah melonjak 1% pada perdagangan kemarin. Rabu (19/9) pukul 7.10 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2018 di New York Mercantile Exchange turun tipis ke US$ 69,81 per barel dari harga penutupan kemarin US$ 68,85 per barel.

Kemarin harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini menguat 1,36%. Harga minyak brent untuk pengiriman November 2018 di ICE Futures pun kemarin naik 1,26% ke US$ 79,03 per barel dan hari ini dibuka turun tipis ke US$ 78,90 per barel.

Harga minyak kemarin melonjak setelah para menteri energi negara-negara OPEC memberi sinyal tidak ada rencana peningkatan produksi dalam jangka pendek untuk menutup penurunan pasokan dari Iran.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, harga minyak antara US$ 70-US$ 80 per barel merupakan level sementara yang didorong oleh sanksi. Dia menambahkan, harga minyak dalam jangka panjang akan berkisar US$ 50 per barel.

Data American Petroleum Institute menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 1,2 juta barel sepekan lalu. Angka ini jauh lebih tinggi daripada prediksi yang meramalkan penurunan stok 2,7 juta barel.

Sentimen negatif lain yang menekan harga pada hari ini adalah eskalasi perang dagang AS-China. China menerapkan tarif impor atas US$ 60 miliar produk dari AS. Ini adalah pembalasan atas penerapan tarif impor untuk US$ 200 miliar produk China ke AS.

Tarif impor ini akan membatasi aktivitas ekonomi China dan AS. "Langkah nekat AS dan China ini berpotensi mempengaruhi daya saing minyak mentah dan produk bensin AS di China, serta menghalangi investasi China di sektor energi," kata Abhishek Kumar, analis senior energi di Interfax kepada Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×