kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45902,52   -24,21   -2.61%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak tembus US$ 45 per barel


Selasa, 06 September 2016 / 18:31 WIB
Harga minyak tembus US$ 45 per barel


Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Fundamental minyak mentah dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) memang dibalut serba ketidakpastian, hanya saja performa harga minyak WTI selama delapan bulan 2016 ini terhitung kinclong.

Mengutip Bloomberg, Selasa (6/9) pukul 14.20 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Oktober 2016 di New York Mercantile Exchange terbang 1,84% di level US$ 45,26 per barel dibanding hari sebelumnya.

Ini sejalan dengan catatan sepanjang Agustus 2016 saat harga naik 5,59% dan selama delapan bulan pertama 2016 harga sudah melesat 4,26%.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures mengatakan sepanjang Agustus 2016 harga minyak berhasil mendulang kenaikan karena imbas dari rencana Arab Saudi untuk melakukan diskusi perkara output freeze dengan para produsen OPEC lainnya. Ini memberikan harapan kepada pelaku pasar akan adanya langkah baru dari para pembuat kebijakan untuk menstabilkan pergerakan harga di pasar.

"Walau dalam perjalanannya, laporan produksi yang tinggi dan beban dari penguatan USD sempat membuat harga minyak menukik tajam," kata Deddy. Di akhir bulan harga kembali lunglai di bawah level US$ 45 per barel akibat optimisme yang dilayangkan para pejabat The Fed termasuk Janet Yellen perkara peluang kenaikan suku bunga The Fed dalam waktu dekat.

Namun sentimen yang datang dari harapan output Freeze menolong pergerakan harga minyak WTI. Salah satunya adalah dugaan produksi Nigeria tahun ini tidak akan lebih dari 1,5 juta barel per hari. Hal ini disebabkan oleh kerusakan infrastruktur akibat serangan militan di sana.

Hanya saja memang saat ini pergerakan harga minyak WTI gagal mendekati level tertingginya sejak November 2015 yang tercapai 8 Juni 2016 lalu yang bertengger di level US$ 52,67 per barel. "Saat Juni 2016 itu konflik di Nigeria memanas, produksi AS turun dan impor China melonjak di musim panas," ungkap Deddy.

Dilaporkan, data impor minyak China Mei 2016 naik 38,7% dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan serangan yang dipimpin oleh Niger Delta Avengers berupaya menutup produksi minyak di Nigeria. Akibat serangan ini produksi minyak Nigeria merosot hingga 1 juta barel per hari.

"Biasanya ada kejutan di pasar baru kenaikan harga minyak signifikan," ujar Deddy. Nantinya dorongan harga kembali melesat bisa datang jika dicapai kesepakatan output freeze di Aljazair akhir bulan nanti atau kembali gagalnya The Fed memanfaatkan momentum kenaikan suku bunga di FOMC September.

Tapi jika sebaliknya, apabila kesepakatan gagal dicapai dan The Fed menaikkan suku bunga harga minyak bisa terus menukik. Meski memang kecil peluangnya harga minyak balik ke level terendahnya dalam 12 tahun lalu yang dicapai pada 20 Januari 2016 lalu di US$ 34,10 per barel. "Awal tahun kan sanksi Iran dicabut dan harapan pasar akan kenaikan suku bunga The Fed tahun ini sangat tinggi," tutur Deddy.


Meski Tertatih, Harga Minyak WTI Tetap Dulang Penguatan Sejak Akhir 2015 Lalu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×