Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak sulit beranjak dari kisaran US$ 65 sebarel pada awal pekan ini. Pasar tertekan lantaran sinyal peningkatan produksi minyak di Amerika Serikat dan Rusia.
Mengutip Bloomberg, Senin (11/6), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli di Nymex turun 0,19% menjadi US$ 65,61 per barel pada pukul 10.20 waktu Tokyo.
Jumat lalu, minyak WTI ditutup turun 0,1%, sehingga menggiring minyak terkoreksi dua pekan berturut-turut.
Data Baker Hughes yang dirilis Jumat, menunjukkan jumlah rig yang dioperasikan perusahaan pengeboran di AS bertambah satu unit menjadi 862 per pekan lalu. Ini jumlah tertinggi sejak Maret 2015, sehingga mengindikasikan AS terus mengerek produksi minyak.
Tak hanya AS, menurut data Interfax, Rusia juga telah menggenjot produksi minyak menjadi 11,1 juta barel per hari pada pekan pertama Juni. Ini di atas level kesepakatan dengan OPEC dan produsen lain.
Tekanan terhadap harga minyak sudah terjadi sejak pekan lalu. Arab Saudi dan Rusia memberi sinyal bahwa mereka siap untuk meningkatkan produksi pada semester kedua tahun ini. Mereka ingin mengimbangi potensi gangguan produksi di Iran dan Venezuela.
Spekulasi terus bergejolak apakah OPEC dan sekutunya pada pertemuan di Wina akhir bulan ini akan sepakat mengurangi besaran pemangkasan produksi di tengah meningkatnya produksi minyak AS.
"Invesor mengambil sikap wait and see sampai pertemuan OPEC. Sementara, pertumbuhan produksi di AS menimbulkan kekhawatiran surplus dan kemungkinan akan terus membebani harga WTI," kata Jun Inoue, ekonom senor Mizuho Research Institude Ltd, seperti dilansir Bloomberg, Senin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News