Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak cenderung stabil selama sepekan ini setelah menyentuh level tertinggi dalam setahun lebih pada akhir pekan lalu. Kamis (11/3) pukul 8.06 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) berada di US$ 64,74 per barel.
Harga minyak WTI menguat 0,46% dari harga kemarin pada US$ 64,44 per barel. Minyak mentah Brent kemarin ditutup di US$ 67,90 per barel, menguat 0,6%.
Harga minyak naik karena perkiraan optimistis untuk pemulihan ekonomi global. Sementara persediaan bensin Amerika Serikat (AS) anjlok, tetapi harga terbatas karena lonjakan persediaan minyak mentah setelah badai musim dingin Texas bulan lalu.
Stok bensin AS turun 11,9 juta barel pekan lalu dan sulingan, yang mencakup solar dan minyak pemanas, turun 5,5 juta barel. Data yang dirilis Energy Information Administration ini turun lebih tajam daripada ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk masing-masing penurunan 3,5 juta barel.
Baca Juga: Harga emas naik dalam tiga hari terakhir setelah yield US Treasury turun
Stok minyak mentah justru melonjak 13,8 juta barel minggu lalu, jauh melebihi perkiraan kenaikan 816.000 barel. Industri minyak AS masih merasakan efek dari badai musim dingin pertengahan Februari yang menghentikan penyulingan dan memaksa produksi Texas ditutup.
"Produksi telah pulih kembali ke tingkat sebelum badai sementara kilang berjuang untuk pulih," kata Matt Smith, direktur penelitian komoditas di ClipperData kepada Reuters.
OECD memperkirakan, ekonomi global yang dilanda pandemi akan pulih dengan pertumbuhan 5,6% tahun ini dan berkembang 4% tahun depan. Perkiraan ini naik dari prediksi sebelumnya yakni pertumbuhan 4,2% untuk tahun 2020.
Baca Juga: TKDN hulu migas tahun lalu tak capai target, ini target SKK Migas di tahun ini
Harga minyak terus menguat selama beberapa bulan karena OPEC+ mempertahankan pembatasan pasokan. Setelah sempat menyentuh US$ 70 per barel awal pekan ini, minyak mentah Brent telah turun tipis.
OPEC+ pekan lalu menyetujui sebagian besar pengurangan produksi pada bulan April. Menteri luar negeri Arab Saudi mengatakan bahwa Saudi dan Rusia menginginkan harga minyak yang adil dan akan melanjutkan kerja sama mereka dalam kerangka kelompok OPEC+.
Baca Juga: Harga batubara dan CPO atraktif pekan ini, simak rekomendasi sahamnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News