Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia kembali menghangat, melaju ke level US$ 90 per barel. Hingga Kamis (7/9) harga Brent menyentuh US$ 90,18, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) ada di level US$ 87,49 per barel.
Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian mengamati harga minyak mulai menguat sejak akhir bulan Juni, yang diperkirakan masih dalam tren bullish dalam jangka menengah. Laju harga minyak ini didorong oleh sejumlah katalis.
Di antaranya langkah Arab Saudi yang memperpanjang pemangkasan produksi 1 juta barel per hari, diikuti Rusia yang membatasi ekspor 300.000 barel per hari hingga Desember 2023.
"Permintaan pada minyak kami perkirakan akan tetap solid, di tengah pertumbuhan pada manufacturing PMI China," kata Ayu kepada Kontan.co.id, Kamis (7/9).
Baca Juga: OCBC Sekuritas Inisiasi Buy Saham Gojek Tokopedia (GOTO), Cermati Alasannya
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menambahkan, pelaku pasar masih mencermati arah harga minyak mentah, setelah Brent Futures menyentuh ke atas level US$ 90, pertama kalinya sejak November 2022. Hanya saja, Felix mengingatkan masih adanya potensi pelemahan ekonomi yang bisa menyeret harga minyak stagnan di level US$ 80-an per barel.
Perkembangan data ekonomi dan industri manufaktur di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat, China dan Eropa akan menjadi katalis yang penting. "Karena rilis data itu menandakan aktivitas ekonomi yang bisa menjadi proksi tingkat permintaan minyak mentah global, yang berpengaruh pada harga minyak mentah itu sendiri," terang Felix.
Head of Research InvestasiKu Cheril Tanuwijaya sepakat, setelah menembus US$ 90 per barel, penguatan harga minyak mentah akan relatif terbatas. Apalagi setelah rally yang cukup signifikan dalam satu bulan terakhir.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Amman Mineral (AMMN) yang Sudah Melesat 218% Sejak IPO
Cheril pun memperkirakan harga minyak di sisa tahun ini akan cenderung stabil dengan batas bawah di harga US$ 80 per barel. Kalkulasi Cheril, rata-rata harga minyak pada tahun ini akan berada di rentang US$ 80 - US$ 85 per barel.
Rekomendasi Saham Emiten Migas
Kondisi harga minyak mentah dunia saat ini menimbulkan respons beragam bagi pergerakan saham emiten minyak dan gas (migas). Pada perdagangan Kamis (7/9), PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) melompat tinggi hingga menyentuh auto rejection atas, melonjak 34,74% ke harga Rp 256.
PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) juga merespons positif dengan penguatan 6,67% ke harga Rp 224. Sedangkan emiten produsen migas yang sebelumnya sudah naik tinggi seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) justru merosot.
Harga MEDC turun 4,35% ke posisi Rp 1.320. Saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) ikut melemah, anjlok 2,16% ke posisi harga Rp 272. Penurunan juga dialami PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), turun 3,64% ke area Rp 530.
PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) bernasib serupa dengan penurunan 2,50% ke harga Rp 975. Begitu juga PT Elnusa Tbk (ELSA) yang merosot 0,96% ke harga Rp 412 per saham.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengingatkan secara umum fluktuasi harga komoditas global akan memengaruhi pergerakan saham emiten terkait, termasuk bagi sektor migas. "Secara logika harga saham emiten migas juga seharusnya mengikuti tren underlying komoditasnya," kata Arjun.
Baca Juga: IHSG Dibayangi Sentimen Negatif, Cek Saham Rekomendasi Analis pada Jumat (8/9)
Dengan karakteristik itu, pergerakan saham komoditas akan lebih sulit diprediksi dan lebih volatile dibandingkan saham sektor lainnya. Untuk saham-saham migas yang sudah naik tinggi seperti MEDC, Arjun melihat pelamahan kali ini merupakan koreksi wajar akibat aksi profit taking.
Sedangkan untuk saham yang melonjak tinggi seperti APEX, Arjun justru menyarankan agar pelaku pasar berhati-hati tehadap fluktuasi setelahnya, yang rawan merosot kembali. Apalagi dengan kapitalisasi pasar yang terbilang mini di bawah Rp 1 triliun.
Cheril mengamini, lonjakan harga APEX lebih terdorong aksi spekulasi. Cheril lebih menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi saham yang secara valuasi dan prospek bisnis menarik seperti ELSA dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Rekomendasinya buy untuk ELSA dan AKRA dengan target harga masing-masing di Rp 450 dan Rp 1.650. Stoploss ELSA jika turun ke level Rp 400 dan Rp 1.250 sebagai area stoploss AKRA.
Baca Juga: Ini Pendorong Saham Amman Mineral (AMMN) Terus Menguat Sejak IPO
Ayu menimpali, pergerakan harga minyak mentah dunia akan berdampak signifikan terhadap harga jual rata-raat (ASP) emiten migas. Hal ini juga tercermin dari pergerakan harga saham yang telah ter-priced in.
Sebagai pertimbangan investasi, Ayu menyematkan buy untuk saham AKRA dengan resistance di Rp 1.620 dan speculative buy ENRG dengan resistance di Rp 302.
Sedangkan Felix merekomendasikan buy untuk saham MEDC dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). MEDC juga menjadi saham pilihan Arjun dengan target harga di Rp 1.430 dan RAJA untuk target harga Rp 1.060 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News