kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga Minyak Naik Tipis Setelah Kemarin Anjlok 4%


Rabu, 04 Januari 2023 / 07:41 WIB
Harga Minyak Naik Tipis Setelah Kemarin Anjlok 4%
ILUSTRASI. Harga minyak menguat tipis pada awal perdagangan pagi ini setelah kemarin anjlok 4%.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat tipis pada awal perdagangan pagi ini setelah kemarin anjlok 4%. Prospek permintaan yang lemah dari China, ekonomi global yang suram, dan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) masih menjadi pemberat laju harga minyak di awal 2023.

Rabu (4/1) pukul 7.12 WIB, harga minyak WTI kontrak Februari 2023 di New York Mercantile Exchange menguat 0,30% ke US$ 77,16 per barel. Kemarin, harga minyak acuan AS ini turun 4,15% ke US$ 76,93 per barel dari posisi akhir 2022 yang berada di US$ 80,26 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent kontrak Maret 2023 di ICE Futures kemarin turun 4,43% ke US$ 82,10 per barel. Akhir tahun 2022, harga minyak acuan internasional ini masih berada di US$ 85,91 per barel.

"Ada banyak alasan untuk kekhawatiran di sini, situasi Covid-19 China dan ketakutan akan resesi di masa mendatang memberikan tekanan pada pasar," kata analis Mizuho Robert Yawger kepada Reuters.

Baca Juga: Setelah Pertamax, Harga BBM Shell Turun Mulai Hari Ini (4/1), Siapa Lebih Murah?

Pemerintah China menaikkan kuota ekspor untuk produk minyak sulingan pada gelombang pertama untuk tahun 2023. Para trader minyak mengaitkan peningkatan tersebut dengan ekspektasi permintaan domestik yang buruk. Importir minyak mentah terbesar dunia ini masih berjuang melawan gelombang infeksi Covid-19.

Aktivitas pabrik China menyusut pada Desember karena lonjakan infeksi mengganggu produksi dan membebani permintaan. Sekadar mengingatkan, China menghapus sebagian besar pembatasan anti-virus sejak bulan lalu.

Menambah prospek ekonomi yang suram, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pada hari Minggu mengatakan, ekonomi AS, Eropa, dan China, semuanya melambat secara bersamaan. Perlambatan di ketiga wilayah membuat tahun 2023 lebih sulit dari tahun 2022 untuk ekonomi global.

Dolar membukukan kenaikan satu hari terbesar dalam lebih dari dua pekan terakhir. Dolar yang lebih kuat dapat mengurangi permintaan minyak karena komoditas berdenominasi dolar AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Baca Juga: Subsidi dan Kompensasi Energi di Tahun 2022 Malah Bengkak

Pada hari Rabu ini, pasar akan menelusuri risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve bulan Desember. The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis points (bps) pada bulan Desember setelah empat kenaikan berturut-turut masing-masing sebesar 75 bps.

Stok minyak di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, AS naik sekitar 176.000 barel menjadi 28,6 juta barel dalam sepekan hingga 30 Desember, menurut seorang pialang, mengutip data Genscape. Sementara jajak pendapat Reuters kemarin memperkirakan stok minyak mentah naik 2,2 juta di pekan lalu.

Di sisi pasokan, pemerintah AS merilis 2,7 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis minggu lalu. Sementara kilang Pascagoula, Mississippi, perusahaan minyak utama Chevron Corp akan menerima kargo pertama minyak mentah Venezuela dalam hampir 4 tahun, menurut dokumen pengiriman dilihat oleh Reuters pada hari Selasa.

Baca Juga: Wall Street Mengawali Tahun 2023 Dengan Penurunan, Harga Saham Apple, Tesla Jeblok

Produksi minyak mentah AS pada tahun 2023 diperkirakan akan meningkat rata-rata 620.000 barel per hari, menurut perkiraan pemerintah terbaru. Angka ini lebih rendah ketimbang sekitar 1 juta barel per hari pada perkiraan sebelumnya.

Commerzbank memperkirakan prospek ekonomi global memainkan peran yang jauh lebih penting dalam perkembangan harga minyak daripada keputusan produksi yang diambil OPEC+. Commerzbank memperkirakan tanda-tanda pemulihan ekonomi di negara ekonomi utama berpotensi mengangkat kembali harga minyak Brent ke US$ 100 per barel mulai kuartal kedua tahun ini dan seterusnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×