Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak dunia naik tipis pada Kamis (10/10), didorong oleh lonjakan permintaan bahan bakar karena badai besar yang menghantam Florida.
Sementara risiko pasokan di Timur Tengah juga menjadi perhatian.
Melansir Reuters, minyak mentah Brent naik 58 sen atau 0,8% menjadi US$77,16 per barel pada pukul 08:47 GMT.
Sedangkan, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) meningkat 61 sen atau 0,8% menjadi US$73,85 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Memanas Dipicu Sinyal Eskalasi Konflik Israel-Iran
Di Amerika Serikat (AS), produsen dan konsumen minyak terbesar di dunia, Badai Milton melanda Florida, menyebabkan sekitar seperempat dari stasiun bahan bakar kehabisan bensin, yang turut mendukung kenaikan harga minyak.
Harga minyak melonjak bulan ini setelah Iran meluncurkan lebih dari 180 rudal ke Israel pada 1 Oktober, meningkatkan kemungkinan serangan balasan terhadap fasilitas minyak Iran.
Namun, dengan Israel yang belum merespons, harga minyak tetap stabil sepanjang minggu.
Investor tetap berhati-hati karena Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, berjanji bahwa serangan terhadap Iran akan "mematikan, tepat, dan mengejutkan."
Presiden AS Joe Biden telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai rencana Israel terhadap Iran.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Kekhawatiran Konflik Israel-Iran dan Badai di AS
Meskipun analis ANZ mengatakan kekhawatiran meningkat bahwa sekutu Israel memiliki sedikit pengaruh terhadap strateginya.
Meskipun ancaman terhadap wilayah penghasil minyak di Timur Tengah menjadi sorotan, kekhawatiran terkait permintaan terus mendasari prospek fundamental.
"Tanpa adanya kelebihan permintaan yang nyata atau kekurangan pasokan, risiko akan tetap condong ke sisi penurunan. Bahkan jika retorika keras Israel diwujudkan dalam serangan terhadap infrastruktur minyak Iran, reaksi harga bisa singkat, meski mungkin sangat tajam," kata Tamas Varga dari broker minyak PVM.
Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) pada hari Selasa (8/10) menurunkan perkiraan permintaan untuk 2025 karena melemahnya aktivitas ekonomi di China dan Amerika Utara.
Data EIA pada Rabu (9/10) menunjukkan persediaan minyak mentah pekan lalu meningkat lebih dari yang diharapkan oleh para analis dalam jajak pendapat Reuters.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News