Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak naik tipis pada Jumat (26/7) pagi di tengah data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan sehingga meningkatkan ekspektasi investor terhadap peningkatan permintaan minyak mentah dari konsumen energi terbesar di dunia.
Namun kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi yang lemah di negara-negara dengan ekonomi terbesar di Asia yakni China dan Jepang membatasi kenaikan tersebut.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September naik 7 sen menjadi US$ 82,44 per barel pada 0014 GMT. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September naik 4 sen menjadi US$ 78,32 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil di Perdagangan Jumat (26/7) Pagi
Data Departemen Perdagangan menunjukkan, pada kuartal kedua, perekonomian AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan, yakni sebesar 2,8% karena konsumen menghabiskan lebih banyak uang dan dunia usaha meningkatkan investasi.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan produk domestik bruto AS akan tumbuh sebesar 2,0% selama periode tersebut.
Di saat yang sama, tekanan inflasi mereda, sehingga menjaga ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melanjutkan penurunan suku bunga pada bulan September. Suku bunga yang lebih rendah cenderung meningkatkan aktivitas ekonomi, yang dapat memacu permintaan minyak.
Namun, berlanjutnya tanda-tanda masalah permintaan di beberapa wilayah Asia membatasi kenaikan harga minyak.
Inflasi inti di ibukota Jepang naik 2,2% pada bulan Juli dari tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis pada Jumat (26/7). Hal ini meningkatkan ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Turun Kamis (25/7), Tertekan Prospek Permintaan China yang Suram
Namun indeks yang tidak memperhitungkan biaya energi, yang dipandang sebagai ukuran yang lebih baik untuk mengetahui tren harga, naik pada laju tahunan paling lambat dalam hampir dua tahun, menunjukkan bahwa kenaikan harga tidak terlalu besar karena konsumsi yang lemah.
Sementara itu, China, importir minyak mentah terbesar di dunia, mengejutkan pasar untuk kedua kalinya minggu ini dengan melakukan operasi pinjaman tidak terjadwal pada hari Kamis dengan suku bunga yang jauh lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pihak berwenang sedang mencoba untuk memberikan stimulus moneter yang lebih besar untuk menopang perekonomian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News