Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak pagi ini terpantau bergerak menguat. Kenaikan harga minyak didukung oleh kekhawatiran akan eskalasi konflik antara Israel dengan Iran yang berpotensi memperluas wilayah konflik di Timur Tengah.
Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak WTI berada di US$ 73,82 per barel, menguat 0,8% dalam 24 jam terakhir hingga Kamis (10/10) pukul 11.15 WIB.
Research and Development ICDX Yoga Girta mengatakan, kekhawatiran akan potensi meluasnya konflik di Timur Tengah semakin meningkat pasca Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant pada hari Rabu menegaskan akan memberikan serangan yang mematikan, tepat, dan mengejutkan terhadap Iran.
Di hari yang sama, Iran mengeluarkan peringatan dan berjanji akan memberikan tanggapan keras kepada negara-negara Teluk Arab, yang memberikan akses wilayah udara atau pangkalan militer mereka untuk digunakan Israel dalam menyerang Iran.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Kekhawatiran Konflik Israel-Iran dan Badai di AS
Sentimen positif lainnya, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak pada hari Rabu mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menilai apakah pasar akan membutuhkan volume minyak tambahan. Novak juga menambahkan bahwa konsumsi minyak biasanya lebih rendah pada musim gugur dan dingin, permintaan telah meningkat sejauh ini sebesar 1,8 juta bph tahun ini. Namun kelompok aliansi merasa masih perlu untuk memantau situasi setiap hari.
"Komentar Novak tersebut mengisyaratkan keraguan akan rencana OPEC+ untuk mulai meningkatkan produksi pada bulan Desember," tulisnya dalam riset, Kamis (10/10).
Sementara itu, dalam laporan yang dirilis Rabu malam, badan statistik EIA melaporkan stok minyak mentah selama sepekan melonjak naik sebesar 5,8 juta barel. Angka itu jauh lebih besar dari prediksi awal yang memperkirakan stok akan naik sebesar 2 juta barel.
Baca Juga: Harga Minyak Tertekan Peningkatan Pasokan, Mengimbangi Efek Timur Tengah dan Badai
"Laporan EIA tersebut mengindikasikan permintaan yang bearish di pasar energi AS, dan sekaligus menguatkan estimasi EIA yang sebelumnya memproyeksikan permintaan minyak yang lebih lemah di tahun ini," sambung Yoga.
Turut membebani harga, ladang minyak terbesar Kazakhstan Tengiz, yang dioperasikan oleh perusahaan besar AS Chevron, meningkatkan produksi harian ke rekor tertinggi sebesar 699.000 bph pada awal Oktober, ungkap dua sumber pada hari Rabu.
Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 76 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 71 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News