Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik tipis pada hari Selasa setelah Israel menyerang Rafah di Gaza dan perundingan untuk gencatan senjata masih belum jelas.
Hamas pada hari Senin (6/5) menyetujui proposal gencatan senjata di Gaza dari para mediator. Tetapi Israel mengatakan persyaratan tersebut tidak memenuhi tuntutannya dan terus melanjutkan serangan di Rafah sambil berencana untuk melanjutkan negosiasi mengenai kesepakatan.
Selasa (7/5) pukul 15.10 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent naik 21 sen atau 0,3% menjadi US$ 83,54 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1 sen menjadi US$ 78,49 per barel.
“Gencatan senjata masih sulit dicapai, dan bahkan jika tercapai, pertanyaannya tetap apakah permusuhan Houthi di Laut Merah akan berhenti dan Terusan Suez akan dibuka kembali, sehingga secara signifikan mengurangi risiko pengiriman barang ke seluruh wilayah tersebut,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM kepada Reuters.
Baca Juga: Menteri ESDM Khawatirkan Kenaikan Harga Minyak, Siapkan Strategi untuk Antisipasi
Pada hari Senin, minyak mentah menetap lebih tinggi, sebagian membalikkan penurunan minggu lalu. Kedua kontrak tersebut mencatatkan penurunan mingguan paling tajam dalam tiga bulan terakhir karena pasar fokus pada data pekerjaan AS yang lemah dan kemungkinan waktu penurunan suku bunga Federal Reserve.
Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG mengatakan, kenaikan harga minyak pada pembukaan hari Selasa mencerminkan hambatan dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang menyebabkan para pelaku pasar memperkirakan ketegangan geopolitik berpotensi berlarut-larut.
Penguatan dolar membatasi kenaikan harga minyak. Dolar yang lebih kuat membuat harga minyak mentah lebih mahal bagi pedagang yang memegang mata uang lainnya.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil di Tengah Kebuntuan Gencatan Senjata Hamas-Israel
Selain ketegangan di Timur Tengah, laporan inventaris AS terbaru juga akan menjadi fokus. Stok minyak mentah dan produk AS diperkirakan turun minggu lalu, menurut jajak pendapat Reuters. Persediaan minyak mentah bisa turun sekitar 1,2 juta barel dalam sepekan hingga 3 Mei, berdasarkan perkiraan analis.
Langkah Arab Saudi untuk menaikkan harga jual resmi minyak mentahnya yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania pada bulan Juni juga mendukung harga. Kenaikan harga jual ini menandakan ekspektasi permintaan yang kuat pada musim panas ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News