kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga Minyak Naik Pada Rabu (14/9) Pagi Setelah Turun di Perdagangan Kemarin


Rabu, 14 September 2022 / 07:39 WIB
Harga Minyak Naik Pada Rabu (14/9) Pagi Setelah Turun di Perdagangan Kemarin
ILUSTRASI. Harga minyak kemarin melemah karena harga konsumen AS secara tak terduga naik pada bulan Agustus.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah tertekan oleh penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin, harga minyak menguat pada perdagangan pagi ini. 

Rabu (14/9) pukul 7.25 WIB, harga minyak WTI kontrak Oktober 2022 di New York Mercantile Exchange menguat 0,55% ke US$ 87,79 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak November 2022 menguat 0,28% ke US$ 93,43 per barel.

Harga minyak kemarin melemah karena harga konsumen AS secara tak terduga naik pada bulan Agustus. Kenaikan inflasi AS menjadi landasan bagi Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga besar pekan depan.

Indeks harga konsumen naik 0,1% bulan lalu setelah tidak berubah pada Juli, menurut data Departemen Tenaga Kerja AS. Secara tahunan, inflasi AS mencapai 8,3%, jauh lebih tinggi ketimbang target bank sentral AS pada 2%.

"The Fed mungkin harus menaikkan bunga lebih cepat dari yang diharapkan yang dapat menyebabkan sentimen risk back off pada minyak mentah dan penguatan lebih lanjut terhadap dolar AS," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial kepada Reuters.

Baca Juga: Harga Komoditas Pangan Mulai Merangkak Naik

Minyak umumnya dihargai dalam dolar AS. Sehingga penguatan dolar AS membuat komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Pembatasan Covid-19 yang diperbarui di China, konsumen minyak terbesar kedua di dunia, juga membebani harga minyak mentah.

"Prospek struktural pasar minyak tetap ketat, tetapi untuk saat ini, ini diimbangi oleh tantangan permintaan siklis," kata Morgan Stanley dalam sebuah catatan.

Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS turun 8,4 juta barel menjadi 434,1 juta barel pekan lalu, terendah sejak Oktober 1984, menurut data pemerintah, Senin.

Stok minyak mentah AS naik sekitar 6 juta barel untuk pekan yang berakhir 9 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute. Stok minyak komersial AS diperkirakan telah meningkat 800.000 barel pekan lalu, analis memperkirakan dalam jajak pendapat Reuters.

Baca Juga: Plus Minus Bila Indonesia Mengimpor Minyak dari Rusia

"Kami tetap konstruktif pada harga minyak meskipun hambatan permintaan meningkat karena sisi pasokan tetap mendukung dengan pertumbuhan output AS yang lebih lambat dari perkiraan dan OPEC+ yang proaktif," kata Amarpreet Singh, analis energi di Barclays dalam sebuah catatan.

Prospek untuk kebangkitan kembali kesepakatan nuklir Barat dengan Iran tetap redup. Jerman menyatakan penyesalannya pada hari Senin bahwa Iran tidak menanggapi secara positif proposal Eropa untuk menghidupkan kembali perjanjian 2015. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kesepakatan tidak akan mungkin terjadi dalam waktu dekat.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak pada hari Selasa berpegang pada perkiraan untuk pertumbuhan permintaan minyak global yang kuat pada tahun 2022 dan 2023. OPEC mengutip tanda-tanda bahwa ekonomi negara-negara kaya bernasib lebih baik daripada harapan meskipun ada hambatan seperti lonjakan inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×