Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menanjak setelah koreksi tipis dari level tertinggi sejak Juli 2015. Rabu (3/1) pukul 7.12 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2018 di New York Mercantile Exchange kembali ke US$ 60,42 per barel, sama dengan penutupan akhir tahun 2017.
Pada pembukaan perdagangan tahun 2018, harga minyak terkoreksi setelah melonjak di akhir tahun. Koreksi awal tahun ini pun terjadi pada minyak jenis brent.
Kemarin, harga minyak brent untuk pengiriman Maret 2018 di ICE Futures terkoreksi ke US$ 66,57 per barel dari penutupan akhir 2017 pada US$ 66,87 per barel yang juga merupakan level tertinggi sejak Juli 2015.
Harga minyak dipanaskan oleh adanya protes anti pemerintah di Iran, serta masih terasanya efek pemangkasan produksi OPEC dan Rusia. Iran adalah produsen terbesar ketiga di OPEC. Para produsen minyak Iran mengatakan, demonstrasi anti pemerintah hingga saat ini tidak berdampak pada produksi dan ekspor minyak.
Di sisi lain, jaringan pipa Forties di Laut Utara mulai beroperasi penuh lagi pada akhir Desember. Jaringan pipa ini memiliki kapasitas 450.000 barel per hari.
"Perbaikan jaringan pipa Laut Utara ini kemungkinan adalah penyebab selisih harga minyak antara brent dan WTI yang makin sempit," kata David Thompson, executive vice-president Powerhouse kepada Reuters.
Thompson memperkirakan, harga kedua jenis minyak ini masih akan kokoh dengan support pada US$ 58,95 untuk WTI dan US$ 65,60 untuk brent.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News