Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
Ketika virus corona menyebar, tingkat mobilitas orang berkurang. Selain itu, perang para produsen minyak OPEC+ dan Rusia yang justru menggenjot produksi saat pandemi virus corona ini menyebar. Hasilnya, produksi minyak mencapai rekor tertinggi.
Sejatinya, OPEC, Rusia dan AS serta G20 telah sepakat untuk mengurangi produksi sekitar 10%. Tapi ternyata angka ini dinilai terlalu sedikit.
Bloomberg menulis, stok minyak mentah di Cushing Oklahoma, pusat penyimpanan minyak di Amerika dan titik pengiriman minyak WTI telah melonjak 48% menjadi hampir 55 juta barel sejak akhir Februari.
Baca Juga: Harga minyak WTI kontrak paling aktif masih diperdagangkan di US$ 21 per barel
Energy Information Administration seperti dikutip Bloomberg menuliskan, hub ini memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 76 juta barel pada 30 September. Industri juga telah mencoba mempertimbangkan untuk menyimpan di atas kapal.
Pemerintahan AS Donald Trump juga teah mencari cara untuk membayar para pengebor minyak akan menghentikan sementara aktivitas pengeboran. Ini untuk dilakukan agar harga minyak kembali pulih.
Baca Juga: Trader minyak asal Singapura Hin Leong mengaku rugi US$ 800 juta
Nah apa efeknya bagi kita sebagai konsumen. Di seluruh negara, harga bensin rata-rata turun lebih dari US$ 1 per galon pada tahun lalu menjadi US$ 1,81. Harga tersebut jatuh setiap hari sejak akhir Februari. Butuh beberapa minggu lagi untuk penurunan harga berjangka untuk tercermin di pompa. Tapi dengan pajak yang dari beberapa negara, harga di tiap negara akan berbeda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News