Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kembali melemah tipis pada pagi ini setelah kemarin rebound dari bawah level US$ 80 per barel. Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) masih menjadi salah satu penekan harga minyak.
Jumat (18/8) pukul 6.47 WIB, harga minyak WTI kontrak September 2023 di New York Mercantile Exchange melemah 0,38% ke US$ 80,08 per barel dari posisi kemarin US$ 80,39 per barel.
Dalam sepekan, harga minyak acuan AS ini terjun 3,73%. Sedangkan harga minyak Brent kontrak Oktober 2023 di ICE Futures turun 3,1% sejak awal pekan hingga kemarin.
Sementara indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia menguat enam hari beruntun hingga kemarin. Indeks dolar pun mencapai level tertinggi sejak pertengahan Juni 2023.
Baca Juga: Prediksi Harga Batubara Setelah Naik 12,5% Sebulan Terakhir
Harga minyak kemarin menguat setelah jatuh untuk tiga hari berturut-turut karena dolar AS sempat melemah. Harga minyak juga disokong oleh upaya bank sentral China berusaha untuk meningkatkan pasar properti dan ekonomi yang lebih luas.
Bank sentral China mengatakan akan menjaga likuiditas cukup dan mempertahankan kebijakan yang "tepat dan kuat" untuk mendukung pemulihan ekonomi melawan hambatan.
"Pedagang minyak menyukai fakta bahwa China tidak akan mentolerir pelemahan dalam aktivitas ekonomi," kata Naeem Aslam dari Zaye Capital Markets kepada Reuters.
Tetapi, potensi kenaikan suku bunga AS lebih lanjut menyebabkan minyak masih bergerak di kisaran US$ 80 per barel untuk WTI. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Pada catatan bullish, China membuat penarikan langka pada persediaan minyak mentah pada bulan Juli. Ini adalah penurunan pertama dalam 33 bulan pada stok minyak China.
Baca Juga: Ada Kemungkinan Anggaran Subsidi Energi dan Kompensasi 2024 Tak Terserap 100%
Data yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun hampir 6 juta barel minggu lalu. Ekspor yang kuat dan tingkat penyulingan yang berjalan menyebabkan stok minyak AS turun.
Namun, stok bensin AS turun ke level terendah dalam lebih dari dua bulan, menurut data Energi Information Administration (EIA). Pasokan produk mingguan, proksi untuk permintaan, naik ke level tertinggi sejak Desember.
"Permintaan perjalanan tetap kuat," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial. Permintaan perjalanan biasanya berkurang setelah liburan Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli.
Analis OANDA Edward Moya memperkirakan, harga minyak masih akan bergerak di sekitar level $80 karena terlalu banyak risiko terhadap prospek ekonomi makro yang masih ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News