Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah terus mengalami reli. Kekhawatiran pelaku pasar terhadap suplai minyak mentah secara global menjadi sentimen pendorong harga saat ini.
Mengutip Bloomberg, Selasa (4/9) pukul 20.00 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Oktober 2018 melonjak 2,05% ke level US$ 71,23 per barel. Dalam sepekan, harga minyak mentah sudah mencatat penguatan sebesar 8,2%.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal, mengatakan, penguatan harga minyak mentah terdorong oleh kekhawatiran pasar terhadap suplai minyak di pasar global. "Ada penutupan dua tempat pengolahan minyak di Teluk Meksiko yang berpotensi mengurangi suplai di pasar," kata Faisyal, Selasa (4/9).
Selain itu, analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar, menambahkan, kenaikan harga minyak juga dipicu oleh aksi pekulan yang memanfaatkan penutupan pasar Amerika Serikat (AS) sepanjang hari kemarin. "Aksi spekulan memancing investor terutama di tengah makin dekatnya realisasi sanksi ekspoir minyak dari AS terhadap Iran pada November nanti," ujar Deddy, Selasa (4/9).
Meski begitu, Deddy menilai, harga minyak masih berpotensi terkoreksi lantaran mata uang dollar AS mulai kembali menguat. Tambah lagi, berdasarkan proyeksi Reuters Deddy mengatakan, produksi minyak mentah OPEC sepanjang Agustus mengalami kenaikan sebesar 420.000 barel per hari menjadi 32,74 juta barel per hari.
"Ini merupakan produksi tertinggi OPEC dalam sehari selama menjalankan program pemangkasan produksi," pungkas Deddy.
Kendati data cadangan minyak di AS menunjukkan penurunan melebihi ekspektasi selama dua pekan terakhir, Deddy berpendapat, investor sebaiknya tetap mengantisipasi tingkat produksi AS yang tinggi. Akhir pekan lalu, Baker Hugh mengumumkan dua rig pengebor minyak kembali aktif sehingga totalnya saat ini sebanyak 862. Sementara, tingkat produksi minya harian AS masih di kisaran 11 juta barel per hari, kata Deddy.
Untuk itu, Deddy menilai, selama sentimen perang dagang antara AS dan China masih bergulir, penguatan harga minyak masih akan tertahan pada rentang US$ 65 - US$ 75 per barel hingga kahir tahun. "Potensi perlambatan ekonomi global akibat perang dagang masih ada dan ini akan memengaruhi harga komoditas, termasuk minyak," kata Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News